Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Berguru Atas Kerendahan Hati Para Imam Mujtahid

15 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 15 Januari 2025   06:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • "Kalami sawab yahtamil alkhata'a, wakalamu ghayri khata yahtamil alsawab" "Pendapatku benar, namun berpotensi salah. Sebaliknya, pendapat selainku salah, namun berpotensi benar." Maka, perbedaan dan perbandingan dapat membangkitkan semangat persaudaraan dan toleransi antar umat Islam dan juga umat manusia"

      Berguru Atas Kerendahan Hati Para Imam Mujtahid

Islamiyah

Rasanya kita patut berguru kepada sosok para ulama mujtahid  semisal Imam Syafi'i meski termasuk ulama mashur cerdas,  alim, pengarang kita Al-Umm dan Arrisalah, penghafal Al-Qur'an dari sejak kecil  tetapi bagaimana sikap sang Imam saat menentukan hukum fiqh ia hampir  tidak pernah mengklaim sama sekali pendapatnya paling benar dengan menyampaikan  "Pendapatku benar, tapi bisa jadi salah, sebaliknya pendapat selain ku itu salah, tapi bisa jadi benar" dan pendapatmu salah tetapi kemungkinan bisa mengandung unsur kebenaran" ini adalah ungkapan dari seorang yang sangat alim meskipun kapasitas keilmuannya tidak diragukan lagi tetapi dalam menentukan kasus hukum fiqh  selalu menyampaikan bahwa pendapatnya benar tetapi bisa jadi mengandung kesalahan  artinya masih membuka ruang untuk menerima krit, tau sanggahan dari para mujtahid lainnya, dan tidak merasa terhina jika pendapatnya ada yang menyanggah dari nujtahid lainnya

Journal
Journal
Nusantara


Meski seluruh  Imam mujtahid otomatis akan mengklaim pendapatnya adalah benar tetapi dengan kerendahan hati , kemungkinan dibalik kebenaran dalam berpendapat ada unsur salah begitu juga dengan pendapat lainnya yang salah tetapi ada kemungkinan peluang benar, ini membuktikan tentang kerendahan hati yang dimiliki oleh seorang Imam mujtahid menunjukkan bahwa seorang ahli fiqih begitu sangat tawadu, mengapa tidak langsung saja menyampaikan bahwa pendapatnya paling benar ? mereka tidak ingin terjebak kepada sikap keangkuhan, kesombongan, dan bangga atas diri meskipun diyakini pendapatnya benar tetapi mayoritas ulama  dengan segala kerendahan hati selalu mengatakan bahwa pendapatnya itu benar tetapi kemunginan salah, begitu juga dengan pendapat ahli fiqih yang lain salah tetapi  kemungkinan adanya kebenaran di dalamnya. ini adalah pengakuan yang menujunkkan bahwa seorang Fiqh sangat tawadu'

Alif.Id
Alif.Id

Perlu disadari  yang menyampaikan perkataan tersebut diatas bukan seorang imam mujtahid kaleng-keleng pinjam istilah bahasa gaul, bukan kelas standar, atau level medium tetapi ini sudah level ulama yang mendapatkan predikat seorang mujtahid yang tingkatannya tidak main-main dalam perkara penentuan kasus hukum fiqh yang mendapatkan perintah untuk berijtihad dalam perkara hukum sesuai dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mujtahid, terlebih bagi seorang Imam Mujtahid  dianjurkan untuk tidak diperkenankan mengekor kepada mujtahid lainnya tetapi harus memiliki standar atau alat ijtihad  hukum yang sudah ada, dengan demikian  seorang mujtahid yang mempunyai alat untuk berijtihad, ia wajib berijtihad dan haruslah memastikan bahwa ijtihadnya ini sudah pada koridor ijtihad yang memang diakui oleh kalangan ulama lain bukan ijthad yang tidak bisa dipertanggung jawabkan namun demikian gelar seorang mujtahid yang disandangnya tidak lantas membuat  mereka lupa diri,  tetap menjaga  kerendahan hati, keadaban, dan menghargai pendapat mujtahid lainnya yang selalu lebih dkedepankan, namun demikian  seorang mujtahid tidak pernah mengklaim bahwa hasil ijtihadnya ialah kebenaran mutlak yang harus diikuti dan orang lain tidak boleh berbeda, dengan kalmia yang sangat populer dikalangan ulama mujtahid "wayahtamil alkhata'a"   "pendapatku bisa Jadi salah" disini letak luhurnya sikap yang dimiliki para ulama mujtahid adalah  seorang yang sangat tawadhu menjaga diri agar tidak terjebak dalam keangkuhan, terhindar dari mengklaim hanya pendapatnya saja yang paling benar , Karena mereka sadar, bahwa apa yang mereka ijtihadkan tidak mesti sama dengan mujtahid lain yang juga berijtihad, dan tidak menutup kemungkinan  hasil ijtihadnya  berbeda dengan hasil ijtihad lainnya, begitu juga dengan kalimat: [ra'yi ghayri khata wayahtamil alsawab) "pendapat selainku salah tapi bisa jadi benar". Di sinilah poin penting yang harus kita teladani dari para Imam Mujtahid  bahwa seorang faqih atau mujtahid  terhindar dari sikap saling menghujat, mengklaim bahwa hasil ijtihadnya memiliki kebenaran mutlak, menuduh pendapat lain salah, keliru, dan bahkan menuduh sesat mereka semua terbebas dari sikap merasa paling benar, terbebas dari membanggakan dirinya dengan selalu mengedepankan sikap kerendahan hati. Lalu bagaimana dengan kita ???  Wallahu A'lamu

Rabu, 15 Januari 2025

Kreator Kompasiana : Inay Thea

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun