Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menjadikan Jiwa Pemaaf Sebagai Tiket Membuka Pintu Syurga

24 Desember 2024   07:20 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:29 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadikan Jiwa Pemaaf Sebagai Tiket  Membuka Pintu Syurga

fattaqullha wa ashli dzta bainikum wa ath'ullha wa raslah ing kuntum mu'minn "Maka, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang mukmin."

Online


Ayat ini sangat menggugah perasaan bagaimana tidak? karena kalau dicermati ayat tersebut selain mengajarkan kepada manusia untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya sesimpel itu kita akan dijamin selamat dunia dan akhirat,  tetapi jangan lupa pada ayat tersebut memerintahkan kepada manusia  tidak hanya sekedar sibuk menjalankan perintah ibadah yang bersifat vertical atau hubungan langsung kepada Allah SWT  tetapi juga harus ada perbaikan dalam pergaulan sosial dengan demikian Islam mengajarkan tentang hubungan baik dengan Allah SWT melalui praktek ibadah untuk memupuk kesalehan individu tetapi ingat  jangan lupa dengan kesalehan social dengan selalu memupuk hubungan social diantara sesama Islam tanpa pandang bulu siapapun harus diperlakukan sama karena tidak bisa dipungkiri dalam pergaulan social sering terjadi gesekan-gesekan yang tidak jarang menimbulkan kebencian bahkan konflik yang berjepanjangan namun ingat Islam mengajarkan agar manusia lebih mengedepankan jiwa pemaaf, karena dengan memberi pintu maaf bukan hanya menyelesaikan persoalan, sehingga bisa kembali memulihkan hubungan, akan tetapi memaafkan akan mendapatkan tiket pahala khusus dari Allah SWT

Dokpri
Dokpri

Harus disadari bahwa berurusan dengan manusia dalam banyak hal lebih rumit ketimbang Allah SWT, karena itu  di dalam Islam, kalau kita berdosa kepada Allah, syarat taubatnya cukup hanya dengan menyesali, memohon ampun, dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu untuk kedua kalinya, akan tetapi jika kesalahan itu bersifat adami maka  taubatnya harus  disempurnakan dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan. Jika dalam pergaulan social  pernah menyinggung perasaan orang lain, menyakiti orang lain, membuat malu orang lain , sengaja atau tidak, kita harus meminta maaf, dan karena memberi maaf  adalah keputusan yang dilakukan dengan keinginannya sendiri untuk melupakan perasaan dendam terhadap seseorang atau kelompok yang telah menyebabkan kamu terluka dan kecewa, terlepas dari apakah mereka pantas mendapatkannya atau tidak tetapi memaafkan justru akan mendapatkan penghargaan khusus dari Allah SWT

Dokpri
Dokpri

Tentang memaafkan kesalahan antar sesama ada baiknya kita mengetahui kisah yang sangat menarik dimana suatu hari  Rasulullah saw sedang duduk-duduk, tiba-tiba kami, diceritakan Anas ra. Sahabat Nabi, melihat beliau tersenyum hingga gigi depan beliau terlihat. Melihat hal itu, Umar ra. bertanya, "Apa yg membuat engkau tersenyum wahai Rasulullah? Tolong beritahu kami, Demi engkau dan kedua orangtuaku." Rasulullah saw bersabda, "Dua orang lelaki dari umatku bersimpuh di hadapan Allah  SWT Salah seorang dari kedua laki-laki tsb berkata, "Wahai Tuhanku, ambillah untukku kelaliman dari saudaraku." Allah SWT berfirman kepada orang yang menuntut keadilan"Bagaimana mungkin kau tega menuntut pada saudaramu, padahal kebaikan-kebaikan dia habis tak tersisa sedikitpun, " Dia berdoa,"Wahai Tuhan, kalau begitu hendaklah dia menanggung sebagian dosa-dosaku." Anas ra kemudian melanjutkan , "Dua mata Rasulullah saw berlinang air mata karena menangis, lalu beliau bersabda, "Sungguh demikian itu hari yang sangat dahsyat, dimana manusia sangat membutuhkan sebagian dosa-dosa mereka dibawa (oleh orang lain) untuk meringankannya." Allah berfirman pada penuntut itu, "Angkatlah pandanganmu untuk memandang pada surga-surga itu!" Sontak ia menengadahkan kepalanya, lalu berdoa," Ya Tuhan, aku melihat kota-kota dari emas dan gedung-gedung dari emas yg dihias dengan mutiara. Milik Nabi siapakah ini, atau miliki shiddiq siapakah ini, atau milik syahid siapakah ini?" Allah berfirman," Milik orang yg sanggup membeli sesuai harganya." Dia berdoa, "Wahai Tuhanku, lantas siapa yg sanggup membelinya?" Allah berfirman, "Kau yang sanggup membelinya." Dia berdoa, "Dengan apa?" Allah menjawab, "Dengan cara mengampuni saudaramu." Dia berdoa, "Wahai Tuhanku, aku telah mengampuninya." Allah berfirman, "Gandenglah tangan saudaramu, lalu bawalah masuk ke surga bersamamu!" Lalu Rasulullah saw bersabda, "Maka takutlah pada Allah dan Rasul-Nya, dan damaikanlah hubungan antar kalian. Karena sesungguhnya Allah akan mendamaikan pertengkaran di antara orang-orang muslim." Kemudian Nabi SAW membaca, "Fattaqu Allahu wa ashlihuu dzaata bainikum." Allah memperbaiki (mendamaikan) hubungan antara kaum mukminin di Hari Kiamat. "... oleh sebab itu, bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu." (Qs. al-Anfaal [8]: 1
Memberi maaf merupakan suatu sikap jiwa yang besar  memerlukan keberanian yang luar biasa, memaafkan juga merupakan pilihan yang cukup sulit, apalagi jika telah menorekan Iuka hati yang cukup mendalam, namun jangan lupa sifat pemaaf juga merupakan bentuk representasi dan manifestasi dari nama Allah Yang Maha Pemaaf, betapa Allah SWT  sendiri berfirman dalam Al-Qur'an: "Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan, menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa." (Q.S. Annisa [4]:149)

Dokpri
Dokpri

Dalam ayat lain "alladzna yunfiqna fis-sarr'i wadl-dlarr'i wal-kdhimnal-ghaidha wal-'fna 'anin-ns, wallhu yuibbul-musinn   "(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan"
Dengan demikian tidak ada pilihan lain kecuali kita harus memperbesar pintu maaf atas kesalahan orang lain teradap diri kita, begitu juga sebaliknya kita tidak boleh ragu untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuat terhadap orang lain, maka jadilah orang yang  memiliki kemampuan luar biasa untuk dengan mudah memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain.  Apakah anda termasuk salah satunya ?  Wallahu A'lamu.....

Selasa, 24 Desember 2024

Kreator Kompasiana : Inay Thea

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun