Saat Merasa Diri Paling Suci
Survey lokasi kumuh di DKI Jakarta/Dokpri
Tidak jarang kita  menemukan individu atau kelompok  dalam kehidupan sosial masyarakat  yang hidupnya nyaman dalam kesendirian atau dalam kelompok tertentu entah ini pertimbangan agar tidak terkontaminasi dengan lainya khaawatir akan  merusak nilai-nilai kesucian yang mereka pahami, namun apapun yang melatar belakanginya bahwa harus diingat terdapat virus  pada diri manusia yang akan menggerogoti nilai luhur kemanusiaan adalah saat kita merasa paling bersih, paling suci  sehingga timbul sikap merendahkan orang lain karena memandang sebagai pelaku pendosa sehingga tidak layak untuk dijadikan sebagai sahabat, ini  disadari atau tidak, seringkali perasaan ini menghinggapi pada  manusia karena itulah Islam mengajarkan untuk menjauhi dari sikap ujub yaitu  perasaan membanggakan diri sendiri dalam beribadah, merasa sudah sempurna, merasa paling sholeh dibanding dengan lainnya padahal dengan sikap ini sesungguhnya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala ibadah seseorang dan yang lebih berbahaya lagi merawat yjub menghantarkan menjadi sikap sombong untuk itulah  Islam mengajarkan agar menjauhi sikap ujub, dan untuk  menghindari diri dari sikap arogan tersebut, penting bagi setiap muslim menyertai setiap ibadahnya dengan sikap rendah hati karena dengan  kerendah hatian (humility) mampu membatasi seorang insan untuk tetap bersikap tawadu karena menyadari keterbatasan dirinya yang memiliki kemungkinan untuk berbuat salah, ingat hanya Allah SWT  yang mengetahui kesucian dan ketakwaan seorang hamba "Fala tuzakku anfusakum, Huwa a'lamu bimanittaqa." (Maka, janganlah menganggap diri kalian suci---[sebab,] Dialah (Allah) yang paling mengetahui siapa yang paling bertakwa di antara kamu"). QS. al-Najm [53] ayat 32,  ayat ini dengan  menegaskan larangan  untuk mengklaim merasa paling baik, paling benar, dan paling sholeh dan mengingatkan bahwa larangan untuk merasa diri paling suci, ini merupakan penegasan bahwa watak dasar Islam adalah sebagai agama yang memberi rahmat dan kasih sayang kepada semua ummat karena bagaimana pun spirit berislam itu mengajak seorang muslim agar tidak berorientasi sectarian (kebencian yang muncul akibat perbedaan di antara individu atau suatu kelompok dengan kelompok lainnya)  yang hanya melihat bahwa kebenaran hanya miliknya dengan mengalamatkan kekufuran,kefasikan, pelaku bid'ah  kepada pihak lain, dan pada akhirnya sikap ini melahirkan sikap  eklusif (individu atau kelompok yang membatasi hingga menutup diri)  padahal Islam mengharuskan penganutnya untuk mengembangkan sikap  inklusif dan universal.
survey lokasi kumuh di DKI Jakarta /Dokpri
Kita harus ingat bahwa ber-Islam haruslah memberi dampak positif kepada seorang muslim, bahkan lebih luas lagi bersikap baik kepada semua umat manusia, bukan hanya kepada sesama muslim saja. "Inilah Islam yang harus diteguhkan oleh semua umat muslim di Indonesia khususnya  sebab Nabi Muhammad diutus untuk memberi rahmat kepada semesta alam , untuk seluruh umat manusia, karena itu seorang muslim memiliki tanggung jawab moral untuk mengembangkan  spirit Islam yang memberikan sikap kasih sayang terhadap sesama apapun agamanya, bahasa dan warna kulit, bahkan sikap kasih sayang seharusnya menjadi  spirit dalam menjalankan ajaran Agama
Kajian Rutin Jamaah Tafsir Jalalain/ Dokpri
Itulah mengapa dalam praktek menjalankan ajaran Agama ummat  Islam harus memegang teguh sikap rendah hati, saling menghargai, saling menghormati , menjauhkan diri dari sikap merasa paling benar atau paling suci, dan paling bertakwa kepada Allah SWT bahkan seorang tokoh sufi Syaikh Ibnu Athaillah menyampaikan pesan mulyanya " Zayyinuu anfusakum bil ma'siyah, wa laa tazinuu anfusakum bil 'ibaadah" "Hiasilah dirimu dengan maksiat dan janganlah dihiasi dengan ketaatan" ini merupakan ruang keilmuan tasawwuf sehingga tidak bisa dimaknai secara harfiyah lebih terhadap bahwa merasa diri penuh dosa jauh lebih  baik daripada merasa diri paling sholeh  mengapa demikian ? karena jika kita selalu menghisai diri kita dengan perasaan bodoh, banyak dosa maka kita tidak akan pernah memandang rendah orang lain, dan dengan  selalu merasa banyak dosa  akan termotivasi untuk memohon ampunan-Nya.
Pembelajaran penting diatas adalah  memberikan hikmah bahwa ibadah merupakan tindakan yang sangat pribadi dan rahasia, karena itu  memamerkan, mempublikasikan dan mempertontonkan kesalehan ke ruang publik merupakan bentuk kesombongan diri, dan keangkuhan  diri, padahal sejatinya ibadah harus didasarkan kepada ketulusan, keihklasan, dan tidak membutuhkan klaim pribadi atau kelompok bahwa kita sudah sholeh, sudah benar dan baik biarkan saja soal ini penilaiannya menjadi hak perogratif Allah SWT. Demikian Semoga Bermanfaat
Cileungsi, Jum'at, 22 Nove,ber 2024
Kreator Kompasiana : Inay thea
Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H