Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Suka Bermain Api dengan Sikap Tidak Jujur

1 November 2024   07:25 Diperbarui: 1 November 2024   07:49 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan Suka Bermain Api Dengan Sikap Tidak Jujur

Masih diperlukankah  sikap jujur, di negeri dimana moral sudah tidak lagi bersendi, tidak lagi menjadi hiasan dalam kehidupan, moral  sudah berserak -- serak dimana-mana semakin tidak karuan akibat kehilangan moral maka perlikau menimpangpun makin meraja lela korupsi misalkan terjadi i dimana -- mana: dari yan sembunyi - sembunyi sampai terang-terangan, dari individu sampai korupsi berjamaah, dan dari mulai  birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat sampai ke desa, dari pejabat tinggi sampai RT sekalipun terkadang soal ini sering terjadi hanya soal besar kecilnya saja pertanyaannya adalah apakah kita merugi jika harus bersikap jujur terhadap diri dan orang lain  ?

 ingat kejujuran adalah berarti:kesesuaian antara ucapan dan perlilaku keseharian, kesesuaian antara informasi dan kenyataan, ketegasan dan kemantapan hati, dari sesautu yang baik tidak dicampuri kedustaan, dan kepura-puraan, bukankah sikap  jujur, baik, sabar, ikhlas  sesungguhnya adalah fitrah baik pada manusia sebagaimana dalam Al Qur'an surat Ar Rum ayat 30: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. 

(Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" artinya semua manusia baik dan sikap baik ini melekat jujur didalamnya karena manusia betapapun jahatnya, rusak akhlaknya,buruk perilakunya  tetap mencintai hati kecilnya mengakui sikap jujur, seorang penjahat sekalipun,pencopet,  maling kelas cere dan besar,  para pelaku korupsi, penjahat kelas kakap sekalipun  sungguh tidak akan  pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat, seorang penipu ulung tidak pernah terlintas dalam pikirannya agar anaknya menjadi penipu juga, bahkan seorang koruptor kelas kakap juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor karena bagaimanapun mereka mengakui bahwa apa yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hati nurani, ini semakin meyakinkan bahwa manusia memiliki sikap baik yang seharusnya tidak boleh luntur pada diri manusia  

dokpri
dokpri

Pada akhirnya seringkali terjadi para pelaku penjahat seringkali untuk melegitimasi rasa bersalahnya  terdengar ungkapan dengan menyalahkan  keadaan (blaming the others) dengan cara mencari kambing hitam agar supaya terbebas dari jerat hukum, telunjuknya diarakan kepada orang lain,

 jika pelaku korupsi maka ia akan mengatakan bahwa kawan-kawan sekantornya juka melakukan hal yang sama  hingga keadaan ini kalau tidak korupsi kahawatir  tidak akan langgeng menduduki jabatan, bukankah  jabatan itu menjadi transaksi korupsi, lalu kenapa korupsi masih merajalela ?

 disamping lembeknya soal hukum tetapi hal yang paling mendasar adalah karena lunturnia nilai-nilai baik pada manusia salah satunya adalah soal moral, dan  kejujuran yang sudah luntur dan tidak dibudayakan dalam sendi-sendi kehidupan, terkesan moral dan kejujuran hanya sebagai pemanis saja, tetapi jika sudah berdekatan dengan masalah uang langsung meleleh berubah warna pudar tidak jelas arahnya.

dokpri
dokpri

Kondisi kehidupan acapkali menjadikan manusia menyukai cara --cara yang instan,cepat, potong kompas untuk mencapai tujuannya yang pada akhirnya untuk  mencapai tujuannya maka dilakukan dengan cara-cara tidak halal atau dengan kata lain menghalalkan segala cara , tidak lagi berpikir apakah cara itu  bertentangan dengan moral dan ajaran agama, itu sudah tidak penting lagi, karena yang ada dalam benak pikirannya adalah bagaimana mendapat keuntungan sebesar -- besarnya, menumpuk-numpuk kekayaan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat -- singkatnya.soalan apakah karena perilakunya  merugikan orang lain atau bahkan negara sekalipun itu urusan lain, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun