Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Suka Bermain Api dengan Sikap Tidak Jujur

1 November 2024   07:25 Diperbarui: 1 November 2024   16:55 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan Suka Bermain Api Dengan Sikap Tidak Jujur

Masih diperlukankah  sikap jujur di negeri ini dimana moral sudah tidak lagi bersendi, tidak lagi menjadi hiasan dalam kehidupan, moral  sudah berserak -serak dimana-mana semakin tidak karuan akibat kehilangan moral maka perlikau menimpang pun makin meraja lela korupsi misalkan terjadi  dimana  mana  dari yang sembunyi - sembunyi sampai terang-terangan, dari individu sampai korupsi berjamaah, dan dari mulai  birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat sampai ke desa sekalipun , dari pejabat tinggi sampailevel bawah soal ini sering terjadi hanya yang membeedakan skalanya saja besar atau kecil tetapi daya rusaknya tidak terlalu jauh pertanyaannya adalah apakah kita akan merugi jika harus bersikap jujur terhadap diri dan orang lain  ?  ingat kejujuran adalah berarti kesesuaian antara ucapan dan perlilaku keseharian, kesesuaian antara informasi dan kenyataan, ketegasan dan kemantapan hati, dari sesuatu yang baik tidak dicampuri kedustaan, kebohongan, dan kepura-puraan, bukankah sikap  jujur, baik, sabar, ikhlas, suke memberi, amant, adalah   sesungguhnya adalah fitrah baik pada manusia sebagaimana dalam Al Qur'an surat Ar Rum ayat 30: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah SWT  (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" artinya semua manusia baik dan sikap baik ini melekat jujur didalamnya karena manusia betapapun jahatnya, rusak akhlaknya,buruk perilakunya  tetap saja i hati kecilnya mengakui sikap jujur, seorang penjahat sekalipun, pencopet ,  maling kelas cere dan besar,  para pelaku korupsi, penjahat kelas kakap sekalipun  sungguh tidak akan  pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat, seorang penipu ulung tidak pernah terlintas dalam pikirannya agar anaknya menjadi penipu juga, bahkan seorang koruptor kelas kakap juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor karena bagaimanapun mereka mengakui bahwa apa yang telah dilakukan tidak sesuai dengan hati nurani alias bertentangan dengan hati  ini semakin meyakinkan bahwa manusia memiliki sikap baik yang seharusnya tidak boleh luntur pada diri manusia  

dokpri
dokpri

Pada akhirnya seringkali terjadi para pelaku penjahat untuk melegitimasi rasa bersalahnya  terdengar ungkapan dengan menyalahkan  keadaan, lingkungan  (blaming the others) dengan cara mencari kambing hitam agar supaya terbebas dari jerat hukum, telunjuknya diarakan kepada orang lain, jika pelaku korupsi maka ia akan mengatakan bahwa kawan-kawan sekantornya juka melakukan hal yang sama  hingga keadaan ini kalau tidak korupsi kahawatir  tidak akan langgeng menduduki jabatan, bukankah  jabatan itu menjadi transaksi korupsi, pantas jika  korupsi masih merajalela ? disamping lembeknya soal hukum tetapi hal yang paling mendasar adalah karena luntur nia nilai-nilai baik pada manusia salah satunya adalah soal moral, dan  kejujuran yang sudah luntur dan tidak dibudayakan dalam sendi-sendi kehidupan, terkesan moral dan kejujuran hanya sebagai pemanis saja, tetapi jika sudah berdekatan dengan masalah uang langsung meleleh berubah warna pudar tidak jelas arahnya.

dokpri
dokpri

Kondisi kehidupan acapkali menjadikan manusia menyukai cara -cara yang serba instan,cepat, potong kompas untuk mencapai tujuannya yang pada akhirnya untuk  mencapai tujuannya maka dilakukan dengan cara-cara tidak halal atau dengan kata lain menghalalkan segala cara , tidak lagi berpikir apakah cara itu  bertentangan dengan moral dan ajaran agama, itu sudah tidak penting lagi, karena yang ada dalam benak pikirannya adalah bagaimana mendapat keuntungan sebesar - besarnya, menumpuk-numpuk kekayaan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat - singkatnya soalan apakah karena perilakunya  merugikan orang lain atau bahkan negara sekalipun itu urusan lain,  namun perlu diingat perilaku tidak jujur ini terlihat menguntungkan, tapi sesungguhnya ketidak jujuran justru awal dari kehancuran bahkan bukan semata-mata kejatuhan moral dan integritas, tetapi kajatuhan ruhani yang teramat rendah bahkan menjadi kebangkrutan ruhani yang paling mengerikan, jika sikap ini dirawat maka tinggal menunggu gelombang tsunami kehancuran.

347560135-1294590931168773-5444118499298773696-n-67241976c925c44ac96c8622.jpg
347560135-1294590931168773-5444118499298773696-n-67241976c925c44ac96c8622.jpg

Input sumber gambar/dokpri

Input sumber gambar/dokpri
Input sumber gambar/dokpri

harus kita akui bahwa jalan menuju kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar, jalan yang lurus, namun jalan yang  benar bukan berarti lurus seperti jalan tol lurus nyaris  tanpa hambatan namun bisa jadi bahwa jalan yang benar itu justru  berkelok -- kelok, tajam, licin, naik dan turun bahkan bisa jadi banyak duri, sementara ketidak jujuran mirip dengan jalan pintas yang bisa menghantarkan seseorang tapi ingat ia akan membahayakan, ketidak jujuran terlihat dari luarnya sangat menguntungkan, membahagiakan  tapi sesungguhnya sangat merugikan karena mengorbankan sesuatu yang paling berharga sebagai manusia yang memiliki hati nurani karena orang yang tidak jujur selalu bertentangan dan bertarung dengan dirinya.  sekali saja  seseorang berlaku tidak jujur, maka dia juga akan melakukan hal yang sama untuk kasus -kasus lainnya, jadi ketidak jujuran itu  ibarat bara api yang akan merembet kepada halaman-halaman berikutnya akan dilumat dan bahkan bisa menghabiskan tumpukan kayu besar ung sekalipun sekalipun, dan bahkan tidak menutup kemungkinan bisa membakar  hutan karena susah dihentikan, itulah mengapa kita harus hati-hatilah dengan perbuatan tidak jujur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun