Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Melihat Langsung Praktek Toleransi dari Kota Singkawang yang Dikenal dengan Sebutan Kota Seribu Klenteng

31 Maret 2024   22:55 Diperbarui: 31 Maret 2024   23:05 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Pribadi Pusat Kota Singkawang

Saat Melihat Langsung Praktek Toleransi  Dari Kota Singkawang yang dikenal Dengan Kota Seribu Klenteng

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Rasanya bicara tolerasi di Kota Singkawang saya harus  mulai dari pengalaman pribadi ketika  ada acara kordinasi dari salah satu  program  di kantor Kota Pemerintah Singkawang pagi-pagi sudah bangun pergi sholat subuh ke Masjid Raya Kota Singkawang setelah kembali dari masjid kemudian kemblii ke hotel lalu jalan jalan pagi menghirup udara segar Kota Singkawang tiba-tiba ada kawan nyeletuk menawarkan sarapan bubur sambil menuju  lokasi warung bubur tanpa pikir panjang langsung saya arahkan kaki belok kearah warung bubur   namun belum juga masuk kedalam tiba-tiba kawan saya sampaikan  eiittt jangan masuk dulu coba lihat diatas pintu ada gambar apa oalah rupanya saya kena prank akhirnya dengan terpaksa saya balik kanan rupanya kawan saya sedang prank namun yang paling menarik adalah saat saya balik kanan tidak rasa ketersinggunan sedikitpun dari mereka karena mereka berkeyakinan kalau saya Islam dan gembar yang dipasang sebenarnya sebagai petunjuk bagi orang yang belum tahu  supaya tidak salah masuk  ini artinya begitu tingginya toleransi mereka dalam menghargai agama lain, dan tidak hanya sampai disitu pengalam berikutnya yang tidak kalah menarik adalah saat bersama sama kawan mencicipi Choi Pan sebagai salah satu kuliner andalan Kota Singkawang sambil menyaksikan rombongan barongsai dengan segala tabuhan yang menarik enak didengar nanum hebatnya saat berkumandang Adzan Dhuhur seketika rombongan menghentikan permainan barongsai sebagai bentuk penghargaan terhadap kumandang adzan dan bagi mereka pemandangan ini sudah biasa  bukan sesuatu yang aneh tetapi bagi saya yang baru melihat sungguh perilaku yang sangat baik sebagai bentuk penghormatan bagi ummat Islam yang akan melaksanakan sholat dhuhur

Belum lagi jika kita menengok bagaimana letak keberadaan  tempat ibadah yang saling berdampingan bisa dilihat bagaimana keberadaan Wihara Tri Dharma Bumi Raya yang berseberangan dengan Masjid Raya Singkawang, merupakan salah satu simbol kerukunan antar umat beragama di Singkawang wihara dengan sebutan Pekong Toa ini sudah berumur 200-an tahun, dan selalu dijadikan salah satu pusat perayaan Cap Go Meh di Singkawang. Sementara, Masjid Raya Singkawang sudah berdiri sejak 1885, lalu dipugar lagi pada 1936. Uniknya, bangunan ini termasuk termasuk masjid terbesar di Kota Singkawang bahkan kedua tempat ibadah ini menjadi objek wisata pusat kota yang menarik untuk dikunjungi

Dok. Tripadvisor
Dok. Tripadvisor

Dok. Pribadi Pusat Kota Singkawang
Dok. Pribadi Pusat Kota Singkawang

Namun perlu kita ketahui  kota Singkawang dijuluki sebagai kota toleransi bukan didapat secara instan tetapi hasil sebuah pembelajaran panjang dari  rangkaian kisah  kisah masa lalu ketika terjadi konflik sosial yang melibatkan masalah diskriminasi etnis dan politik identitas banyak warga Singkawang menjadi saksi hidup betapa tidak nyamannya hidup dalam situasi konflik yang menimbulkan kerugian moril dan materiil bahkan korban jiwa semua ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga, dan membekas bagi warga Singkawang bahwa hidup rukun dengan menjunjung tinggi toleransi menjadi sebuah keniscayaan yang kudu dirawat dengan baik alhasil sebagaimana kita saksikan sekarang ini bagaimana Kota Singkawang selalu mendapatkan empat kali meraih penghargaan Kota tertoleran berdasarkan penilaian Setara Institute for Democracy and Peace (SIDP) 4 kali dapat penghargaan kota toleran mulai dari tahun 2020, 2021,  2022, dan 2023  mendapatkan predikat toleransi  ini  merupakan cermin kerjasama yang baik antara pemerintah Kota, dan stakeholders lainnya  baik masa pemerintah sebelumnya dan masa kepemimpinan Wali Kota Tjhai Chui Mie yang menjaga betul soal toleransi pada akhirnya  bagi masyarakat kota singkawang toleransi sudah menjelma tak ubahnya sebagai  madzhab baru bagi mereka sehingga tidak memerlukan lagi bagaimana teori penerapannya karena  bagi mereka sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Kota Singkawang  dan bahkan secara faktual, toleransi di Singkawang terwujud karena masyarakat dari etnis apapun leluasa untuk mengekspresikan ritual keagamaan ataupun kebudayaan mereka tidak ada peraturan pemerintah, regulasi sosial, peristiwa ataupun tindakan di Kota Singkawang yang membatasi kebebasan beragama dan kebebasan berekspresi untuk mengaktualisasikan budaya mereka tanpa ada ancaman apalagi intimadasi namun tetap mereka menjunjung tinggi toleransi sebagai bentuk penghormatan atas perbedaan yang ada di Kota Singkawang

Dok. Tempo.co
Dok. Tempo.co

Dengan demikian benar adanya bahwa kita harus banyak belajar dengan melihat praktek harmoni kehidupan masyarakat Kota Singkawang yang selalu tertanam  dalam pemikiran dan tindakan mereka bahwa tidak ada individu yang dominan di Kota  Singkawang dengan demikian  maka tenggang rasa dan sikap saling menghargai akan terus terpelihara, terawatt, dan terjaga  dengan baik ini sebuah pesan menarik bahwa toleransi yang telah terbangun dengan baik di Kota Singkawang haruslah dipertahankan yang selalu tertanam dalam jiwa setiap insan sesungguhnya jika bicara lebih luas  bahwa kehidupan bermasyarakat di Indonesia sudah ditakdirkan untuk berdampingan dalam perbedaan sesuai dengan pengamalan semboyan Bhinneka Tunggal Ika rasanya tepat sekali jika kita harus  belajar langsung tentang praktek toleransi dari kota Singkawang dengan sejarah panjangnya hingga menjadi sebuah kota yang madani mencirikan sebagai masyarakat yang berkeadaban dengan penduduknya yang terus-menerus beradaptasi dengan pluralitas dalam suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) menjadikan toleransi bagi mereka bukan lagi sebuah kewajiban tetapi sudah menjadi darah daging bagi kehidupan masyarakat Kota Singkawang yang tidak bisa digoyahkan dengan cara apapun dan Singkawang telah membuktikan keberhasilannya dalam  menjaga nilai-nilai persaudaraan, nulai-nila kebersamaan, tenggang rasa , dan toleransi  yang seharusnya bisa  menjadi contoh bagi Kota-kota lainnya.  I Love Singkawang City, it's time to come back again

 Demikian semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun