Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harga Beras Mencekik, Rakyat Miskin Makin Terjepit

23 Februari 2024   07:20 Diperbarui: 23 Februari 2024   07:47 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga Beras Mencekik,  Rakyat Miskin Semakin Terjepit 

Dok. Kitabisa
Dok. Kitabisa

" Seorang ibu rumah tangga di Kota Bandung bahkan pingsan karena tak kuat menahan panas dan kelelahan setelah berdiri dalam antrean panjang peremuan  bernama Ayi itu tak sadarkan diri setelah mengantre selama 2,5 jam di Perumahan Mustika Hegar Regency pada Senin (19/02) lalu.  Ibu rumah tangga lainnya, Rohaeti juga mengeluhkan hal yang sama. "Pusing, kepanasan, dari belakang sudah tidak kuat. Belu lagi yang dialami lilis Lilis (48 tahun) salah satu warga mengaku tidak kebagian beras di pasar murah gara-gara terlambat datang, (bbc News) belum lagi apa yang dlami Ibu Ririn slamet  Ririn Slamet (40 tahun), warga Desa Dermayu, Kecamatan Sindang. Dia mengaku kesal karena harga beras naik hampir setiap hari. Apalagi, dia berjualan nasi dan masakan lainnya bagaimana saya menjualnya, dan kekesalan serupa disampaikan seorang ibu rumah tangga asal Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kasanah (50). Meski kesal karena harga beras naik terus, dia tetap membelinya karena untuk kebutuhan makan bersama keluarga jika tidak kami akan mengalami kelaparan  (Republika.Co.Id)"

diatas adalah gambaran sebagian  keluhan ibu-ibu menyatakan  kekesalannya  saat menghadapi kenaikan harga beras padahal rakyat masih belum reda dari riuh nya pemilihan pilpres terkadang sempat memanas  sehingga menyita pikiran sebagian rakyat ada yang euforia ada juga yang bersedih atas hasil perhitungan suara kini malah  rakyat  disodorkan dengan kesedihan jilid berikutnya menimpa seluruh lapisan masyarakat dengan kenaikan harga beras yang melambung tinggi saking tajamnya kenaikan harga beras setajam silet yang bisa melukai hati rakyat malah sampai-sampai terasa sakitnya tuh disini pinjam istilah pedangdut Cita Citata sehingga mengundang berbagai komentar pedas terutama dari kaum emak-emak yang meluapkan kekecewaannya melalui media sosial maupun grup WhatsApp rasanya hampir setiap hari  mereka menyinggung soal harga beras yang terus merangkak naik sejak sebulan terakhir setiap hari di grup WA khususnya di teman mengajar  istri saya ramai sekali ngebahas kenaikan harga beras  ada ragam kekecewaan dilakukan emak-emak komentar dengan menggunakan simbol menangis, marah  semuanya mengandung pengertian ketidak setujuan atas naiknya harga beras yang semakin meroket naik bahkan cenderung tidak terkendali

Dok. Bisnis.Com
Dok. Bisnis.Com

Emak-emak lain yang masih satu group mencoba memberikan pendapat dengan menimpali apa mau dikata, apa yang bisa kita lakukan toh sebatas ngerumpi digroup ini tidak bisa merubah keadaan beras menjadi turun faktanya harga beras tetap  naik walaupun kenaikannya menjadi topik hangat  tetapi tidak akan bisa menghangatkan suhu harga beras malah semakin panas faktanya harga beras tetap naik, naik, dan bahkan kenaikannya cenderung semakin menggilaaa

Awalnya saya tidak mau peduli dengan kenaikan harga beras tetapi begitu ramainya dikalangan emak-emak membahas kenaikan harga beras akhirnya saya iseng mencoba mengintip pembicaraan emak-emak di group

Umi memangnya harga beras sudah naik ya?

Istri saya menjawab cukup mengagetkan bukan naik lagi tapi melesat  tinggi jauh ke awan jawaban spontas istri bagi saya sangat mengejutkan bahwa harga beras sekarang sudah mengalami kenaikan yang cukup drastis bayangkan semmula harga beras medium Rp9.000-Rp10.000 per kilogram. Harga naik pelan-pelan hingga sekarang pada Rabu (21/02) menyentuh angka Rp13.000-Rp14.000 per kilogram.Sedangkan beras premium, sebelumnya berada di kisaran Rp12.000-Rp14.000 per kilogram. Namun merangkak terus sampai di harga Rp17.000-Rp18.000 per kilogram Adapun untuk harga sekarung beras medium kini sudah Rp700.000 di pasar induk dan beras premium sekarungnya Rp800.000."Sebelum kenaikan beras medium sekarung atau isi 50 kilogram itu Rp485.000, paling mahal yaitu Rp500.000," (sumber BBC News Indonesia, 22 Februari 2024).

Dok. Harian Jogja
Dok. Harian Jogja

Kenaikan harga beras diatas sudah termasuk yang paling tinggi  kalau sudah seperti ini lalu bagaimana tindakan kita?  dengan ketusnya istri saya menyampaikan  tinggal bagaimana antisipasi dari pemerintah kok menjelang puasa selalu saja harga-harga mulai merangkak naik seharusnya ada tindakan antisipasi dari pemerinta sebagai pemegang regulasi bukankah salah satu tugas pokok pemerintahan yang adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat (public servant).dengan keadaan seperti ini mustinya pemerintah gerak cepat dalam menjalankan fungsinya melayani rakyat sebelum terjadi kesengsaraan secara berjamaah karena bagaimanapun persoalan beras adalah menjadi kebutuhan semua rakyat berbagai tingkatan  termasuk rakyat jelatan sekalipun

 Tentu saja kejengkelan yang disampaikan istri saya dan emak-emak di group WA adalah juga mewakili kejengkelan  emak-emak lainnya  merasakan hal yang sama menghadapi lonjakan harga beras yang sepertinya sulit dikendalikan dan kekhawatiran emak-emak kenaikan ini diikuti  oleh kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya terlebih menjelas Ramadhan persoalannya adalah kepada kemampuan  daya  beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan di dapur jika semakin hari harga kebutuhan pokok kian melambung maka akan semakin mencekik leher rakyat  akibat lemahnya daya beli karena tidak seimbangnya antara penghasilan yang diperoleh dengan kebutuhan yang harus dipenuhi tentunya kondisi ini akan berbeda jauh dengan orang-orang berduit  sebesar apapun kenaikan harga kebutuhan pokok bagi mereka  tidak akan terlalu berpengaruh karena  kemampuan daya beli yang lebih dari segalanya

Dok. CNBC Indonesia
Dok. CNBC Indonesia

Apapun  cara meluapkan kekecewaan yang disampaikan emak-emak tentu rakyat hanya berharap   kenaikan harga beras ini menjadi perhatian  serius dari pemerintah yang notabene nya memberikan pelayanan (service) terhadap rakyat  disemua sector  karena  rakyat  tidak akan dapat berdiri sendiri memenuhi kebutuhan tanpa adanya pemerintah yang memberikan pelayanan publik terhadap warga negaranya salah satu bentuk pelayanannya  bagaimana cara mengendalikan harga beras supaya tidak memberatkan rakyat miskin, ada tindakan nyata yang lebih strategis itu yang ditunggu masyarakat bukan dengan sesederhana menyampaikan bahasa yang terdengar menyejukkan dengan  meminta masyarakat untuk tidak cemas karena stok beras di Perum Bulog saat ini masih mencukupi meminta masyarakat tidak perlu khawatir. (Jika harga) beras premium mengalami kenaikan  rangkaian kalimat ini  meluncur dari pejabat pemerintah  sekilas terdengar sejuk  namun sesungguhnya belum bisa menjawab jeritan rakyat yang tepuruk akibat menghadapi kenaikan harga beras yang cenderung semakin menggila .....

Jum'at, 23 Februari 2024

Kreator : Inay Thea

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun