Jiwa Tengkulak  Dalam Transaksi Bandar PolitikÂ
Mendengar istilah bandar tentu saja pikiran akan menerawang pada seseorang yang memiliki segepok uang dengannya ia  yang bisa membayar , membiayai siapa saja dan bahkan bisa mengaturnya dalam dunia perjudian istilah bandar tidak asing ditelinga pemain yang menjadi lawan pemain-pemain lain sekaligus misalkan dapat ditemukan dalam  permainan dadu, rolet, dan sebagainya; bandar bisa juga disebut sebagai orang  orang yang menyelenggarakan perjudian,  mengendalikan suatu aksi (gerakan) dengan sembunyi-sembunyi, orang yang membiayai  suatu gerakan yang kurang baik, dan orang yang bermodal besar ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) sebagaimana tengkulak yang selalu mengeruk kuntungan sebesar besarnya tanpa mempedulikan dampak yang akan ditimbulkan
Sebegitu membahayakakah bandar politik sampai-sampai Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengingatkan pada acara konsolidasi zona 3 Pemenangan Pileg yang digagas Partai Bulan Bintang (PBB), Sabtu (9/9) yang menyesalkan situasi politik saat ini hanya bisa diikuti oleh kalangan berduit padahal faktanya masih banyak orang yang memiliki kecerdasan  ingin maju di pentas  politik namun urung karena minimnya  fuluss maka berlakulah istilah bil fuluss mulus la fulus mampus  (dengan uang akan mulus tanpa uang ya mampus, Pen) menghadapi ini sangat memerlukan seorang ahli yang bisa mengkaji system karena jika dibiarkan.
maka hanya orang yang berduit saja yang bisa berlagak dalam pentas politik disamping itu situasi ini  membuka peluang bagi para  bandar-bandar politik yang melakukan transaksi demi meraup keuntungan namun memang tidak bisa dipungkiri berdasarkan pengalaman pengalaman  dalam berbagai urusan selalu saja akan mudah jika ada uang sepertinya  berlaku pasal "Keuangan yang maha kuasa" semua jadi mulus jika diselesaikan dengan fulus bahkan  teramat banyak di negri ini dalam menyelesaikan segala sesuatu lebih mudah, cepat, tidak berbelit-belit  melalui pendekatan segepok uang dari mulai perebutan proyek pembangunan, pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota dewan,  penyelesaian persoalan pajak, penyesaian perkara hukum, bahkan mengatur status hukum seseorang sekalipun akan lebih mudah jika selesai dengan pendekatan uang ini menunjukkan bahwa uang dapat menyelesaikan segalanya singkat, dan mudah
Bagaimana dengan Parpol yang ada apakah bisa terlepas dari bandar politik?  Bukankah  harapan kita digantungkan  pada integritas partai politik karena melalui parpol sebagai tempat yang pas akan menghasilkan pemimpin terbaik namun apa jadinya jika integritas parpol juga luntur karena tergadaikan oleh aksi bandar-bandar politik yang memiliki segepok uang jelas akan mengalahkan semuanya termasuk akan sehat sekalipun akan menjadi tumpul manakala berhadapan dengan fulus situasi ini akankah tetap akan melahirkan pemimpin yang baik?
Tentu masih menjadi tandatanya besar dan sebagai masyarakat terpaksa harus menelan  pil pahit lahirnya pemimpin yang gagap, miskin narasi kebaikan, miskin keberpihakan, dan miskin ide untuk melakukan perbaikan-perbaikan bagi bangsa sebaliknya yang terjadi akan merusak tatanan bangsa, bahkan sebagaimana yang disampaikan  Chusnul Mariyah situasi politik yang diwarnai oleh bandar politik hanya akan melahirkan pemimpin doraemon dalam kartun seri, Nobita digambarkan sebagai sosok anak yang pemalas, bodoh, dan terlalu bergantung kepada doraemon.
Kita percaya bahwa uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang terlebih dalam urusan politik sangat membutuhkan ongkos besar untuk bisa melenggang ke puncak kekuasaan dilevel apapun,  namun selama dalam batas-batas kewajaran mungkin masih bisa diterima tapi hal yang tidak diinginkan adalah adanya semacam transaksional sebagai bentuk pengorbanan dalam memuluskan jalannya kesuksesan atas bantuan  penggelontoran uang tentunya ini tidak gratis harus ada timbal balik sebagai keuntungan yang akan didapat nantinya inilah yang akan memunculkan kerumitan-kerumitan.
Karena bisa saja bandar politik turut mewarnai kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan padahal yang diharapkan rakyat adalah  merujuk perkataan Lao Tzu, seharusnya pemimpin itu melayani dan menjaga yang ia pimpin tanpa embel-embel mengharap sebuah pengakuan sebab  menjaga dan melayani merupakan tugas utama seorang servant leader yang harus memiliki rasa empati terhadap nasib rakyat namun bisakah itu terwujud  jika dalam perjalanannya sosok bandar politik selalu membayangi. Wallahu a'lamu