Dia menggeleng pelan, dengan suara bergetar dia berkata, "Cinta itu tidak mengenal syarat, Arif. Tidak peduli apa pun keadaanmu, aku selalu mencintaimu. Itu adalah cinta sejati, cinta yang tak bersyarat."
Saat itu, dari dalam rumah terdengar lagu dari Element, "Cinta Tak Bersyarat." Liriknya seolah menegaskan apa yang baru saja dikatakan Aulia. Suasana malam itu begitu hening, hanya suara musik dan detak jantungku yang terasa keras di telinga. Pandanganku kabur oleh air mata yang berusaha kutahan. Aku tidak tahu harus berkata apa. Semua rasaku, penyesalanku, mengabur dalam kesunyian malam.
Gelap malam menyelimuti kami, namun tidak ada kata-kata lagi yang keluar. Hanya ada perasaan yang terpendam begitu lama, akhirnya terungkap. Kami duduk di sana, terpisah oleh waktu dan keadaan, namun disatukan oleh perasaan yang sama, cinta yang tak pernah tersampaikan, cinta yang tak bersyarat.
Dalam keheningan itu, aku tahu aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Cinta sejati yang seharusnya kugenggam erat, namun terlepas karena ketakutanku sendiri. Aulia tetap tersenyum lembut, menerima kenyataan bahwa cinta kami harus berakhir dengan cara ini.
Setelah malam itu, hidup terus berjalan. Aulia dan aku kembali menjalani kehidupan masing-masing. Namun, cinta yang tak pernah terucap itu tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan, sebuah pengingat bahwa cinta sejati bukanlah tentang apa yang dimiliki, tapi tentang ketulusan hati yang tidak mengenal syarat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H