Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Rencanaku dan Kehadiranmu

31 Juli 2024   15:06 Diperbarui: 31 Juli 2024   15:09 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/jangan-ditahan-terus-ini-manfaat-marah-bagi-kesehatan

Sejak remaja, aku adalah tipe orang yang gemar merencanakan masa depan. Di suatu malam, di bawah bintang-bintang yang berkerlap-kerlip, aku menuliskan apa yang kuinginkan dalam hidupku di selembar kertas. Aku ingin lulus dengan nilai terbaik, mendapat pekerjaan bergengsi, membangun rumah impian, dan menua dengan kebahagiaan serta kebanggaan atas pencapaian hidup. Semua sudah kurencanakan dengan hati-hati, setiap detail sudah terpikirkan.

Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Semua berubah ketika kamu datang ke dalam hidupku. Pertemuan kita begitu sederhana, hanya perkenalan biasa dalam sebuah acara kampus. Kamu bukanlah tipe orang yang menarik perhatianku pada awalnya. Tapi seiring berjalannya waktu, tanpa kusadari, kamu telah menjadi bagian penting dari keseharianku.

Kehadiranmu menghancurkan semua rencana yang telah kususun sejak remaja. Aku yang selalu tegas dengan tujuanku menjadi bimbang. Kita jatuh cinta dengan cepat dan dalam. Aku mulai melupakan ambisi-ambisiku, mengesampingkan semua tujuan yang pernah kutetapkan. Bahkan, pekerjaan yang selalu kuimpikan pun kutinggalkan karena ingin selalu dekat denganmu. Aku menjadi terlena dalam kenyamanan dan kebahagiaan yang kamu bawa.

Tetapi, seperti halnya cerita yang tak selamanya indah, hubungan kita mengalami masa-masa sulit. Keluargamu tidak setuju dengan hubungan kita, dan tekanan dari mereka membuat kita sering bertengkar. Aku merasa semua mimpi yang pernah kubangun mulai runtuh. Kita mencoba bertahan, tetapi semakin lama, tekanan itu semakin berat. Pada akhirnya, kamu memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini demi kebaikan kita berdua. Kepergianmu meninggalkan lubang besar dalam hatiku dan hidupku.

Aku terpuruk dalam kehancuran. Tanpa tujuan dan harapan, aku merasa kehilangan arah. Hidupku terasa kosong, seolah semua warna telah menghilang. Semua rencana yang pernah kurangkai kini tampak seperti kenangan yang tak akan pernah terwujud. Aku mulai meragukan diriku sendiri dan merasa tidak berharga.

Namun, di saat-saat tergelap itulah, kasih sayangmu yang tulus kembali hadir. Meskipun kita tidak lagi bersama, kamu tetap peduli dan memberikan dukungan. Kamu mengingatkanku pada semua hal baik yang pernah kita lalui dan betapa kuatnya aku sebenarnya. Dengan sabar, kamu memapahku keluar dari kegelapan. Kamu menyemangatiku untuk bangkit, untuk kembali menemukan tujuan hidup yang baru.

Perlahan tapi pasti, aku mulai membangun kembali hidupku. Aku mulai merancang rencana baru, meskipun kali ini tidak seketat dulu. Aku belajar bahwa hidup tidak selalu bisa diatur sesuai keinginan, dan terkadang, yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi perubahan itu sendiri. Aku belajar memaafkan diri sendiri atas kegagalan dan kesalahan, dan mulai menerima bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, memiliki pelajaran berharga.

Kini, meskipun kamu sudah tidak lagi di sampingku, kehadiranmu tetap terasa dalam setiap langkahku. Kasih sayang dan doronganmu telah membantu membentuk diriku yang baru. Aku mungkin tidak akan pernah kembali ke jalur yang telah kurencanakan sejak remaja, tapi aku menemukan bahwa jalan yang sekarang kutempuh pun memiliki keindahan tersendiri.

Aku belajar untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri dan menikmati setiap momen yang ada. Rencanaku mungkin telah hancur, tetapi dari kehancuran itu, aku menemukan kebahagiaan yang sejati. Meskipun keadaan masih perih dan menyakitkan, aku tahu bahwa aku akan baik-baik saja. Aku akan terus berjalan maju, membawa kenangan akan kasih sayangmu sebagai kekuatan dalam menghadapi masa depan. Yang aku sendiri tidak akan tahu bagaimama ujungnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun