Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Diujung Pematang

24 Juli 2024   06:09 Diperbarui: 24 Juli 2024   06:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.jambisatu.id/index.php/berita/295/petualangan-manis-di-kebun-jeruk-pematang-gajah-muaro-jambi

Sebuah pematang yang sering kali menjadi pembicaraan penduduk. Pematang tersebut bukanlah sembarang pematang, melainkan sebuah tempat yang diyakini sebagai pusat kekuatan gaib dan mistik oleh masyarakat sekitar. Hanya sedikit orang yang berani melintasi pematang itu pada malam hari. Mereka yang melakukannya kerap kali tidak kembali atau kembali dengan kondisi yang tidak waras.

Malam itu, Pak Wiryo, seorang dukun sakti terkenal dari desa sebelah, memutuskan untuk menguji keilmuannya di tempat tersebut. Ia sudah banyak mendengar cerita tentang keangkeran pematang itu dan ingin membuktikan kesaktiannya. Pak Wiryo membawa berbagai macam jimat dan mantra yang telah diwariskan oleh para leluhurnya. Ia yakin bahwa dengan keilmuannya, tidak ada makhluk halus yang mampu melawannya.

Pak Wiryo melangkah mantap menuju pematang tersebut. Angin malam berhembus kencang, membuat dedaunan bergesekan dan menambah suasana mencekam. Setibanya di ujung pematang, ia merasakan hawa yang berbeda. Suasana terasa lebih dingin dan sepi. Tidak ada suara binatang malam, seolah-olah alam pun menghormati keangkeran tempat itu.

Pak Wiryo menancapkan tongkat sakti di tengah pematang. Ia mulai melantunkan mantra-mantra dalam bahasa kuno, memanggil roh-roh leluhur untuk melindungi dan memberinya kekuatan. Tiba-tiba, suasana menjadi hening. Angin berhenti berhembus, dan kabut tebal mulai menyelimuti pematang tersebut. Dari balik kabut, muncul bayangan-bayangan samar yang bergerak perlahan mendekatinya.

"Siapa pun kalian, tunjukkan dirimu!" seru Pak Wiryo dengan suara lantang. Ia merasa tidak gentar. Dengan tongkat sakti di tangan, ia siap menghadapi apa pun yang datang.

Bayangan-bayangan itu semakin mendekat, dan kini tampak jelas wujudnya. Mereka adalah arwah-arwah penasaran, dengan wajah pucat dan mata kosong. Pak Wiryo mengangkat tongkatnya, bersiap untuk mengusir mereka. Namun, arwah-arwah itu tidak mundur. Mereka malah semakin mendekat, mengepung Pak Wiryo dari segala arah.

"Tidak ada yang bisa melawan kesaktianku!" teriak Pak Wiryo sambil mengayunkan tongkatnya. Cahaya terang keluar dari ujung tongkat, mengarah ke arwah-arwah tersebut. Namun, cahaya itu tidak berpengaruh. Arwah-arwah tersebut malah tertawa dengan suara yang menggema di seluruh pematang.

"Kami bukanlah makhluk biasa," kata salah satu arwah dengan suara serak. "Kami adalah korban-korban yang teraniaya. Dendam kami begitu kuat sehingga kesaktianmu tidak berarti apa-apa di sini."

Pak Wiryo merasakan ketakutan yang mulai merayap di dalam dirinya. Ia mencoba mengingat semua mantra pelindung yang pernah dipelajarinya, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil. Arwah-arwah itu terus mendekat, dan kini ia bisa merasakan dingin yang menusuk tulangnya.

"Kenapa kalian mengganggu tempat ini?" tanya Pak Wiryo dengan suara bergetar. "Apa yang sebenarnya kalian inginkan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun