Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Neraka yang Tak Berkesudahan

19 Juli 2024   14:32 Diperbarui: 19 Juli 2024   15:31 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kincir.com/movie/tanggapan-produser-film-siksa-neraka-dicekal/

Entah sudah berapa ratus tahun aku tersiksa di neraka ini. Waktu di sini tidak memiliki arti, hanya keabadian penderitaan yang menghisap seluruh kesadaranku. Nyala api yang membakar tubuhku setiap detik, jeritan jiwa yang terbelenggu rasa sakit, dan kegelapan tanpa akhir yang melingkupi seluruh eksistensiku.

Aku masih ingat masa laluku. Di dunia, aku adalah seorang yang angkuh, sombong, dan tidak peduli dengan ajaran agama yang selalu kubanggakan sebagai sekadar simbol. Aku menolak untuk memahami maknanya yang sesungguhnya. Aku menyia-nyiakan hidupku dengan kezaliman, mengabaikan kebenaran yang ada di hadapanku. Sekarang, di neraka ini, aku menyesali setiap kesalahan yang telah kuperbuat.

Setiap hari di neraka ini adalah penderitaan tanpa akhir. Kulitku terbakar, dagingku meleleh, dan tulang-tulangku terasa retak di bawah panasnya api. Di sini, tidak ada waktu untuk istirahat atau jeda dari siksa. Segala penderitaan yang kurasakan adalah konsekuensi dari perbuatanku di dunia. Aku ingin berteriak, memohon ampun, tetapi suaraku hanya memantul kembali tanpa ada yang mendengarkan.

Di tengah penderitaan ini, aku sering teringat pada ajaran agama yang dulu kuacuhkan. Aku teringat pada nasihat orang tuaku, pada pengajaran para ulama yang mengingatkan tentang adanya surga dan neraka. Dulu, aku menganggap semua itu hanya cerita belaka, dongeng untuk menakut-nakuti manusia agar berbuat baik. Namun, sekarang, di neraka ini, aku menyadari kebenaran dari setiap kata yang mereka sampaikan.

Siksaan di neraka bukan hanya fisik. Setiap dosa yang pernah kulakukan seakan diputar kembali dalam ingatanku, membuatku merasakan ulang rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam. Pengkhianatan, kebohongan, dan kezaliman yang kulakukan pada orang lain menjadi bayangan yang tak bisa kuhindari. Setiap orang yang pernah kusakiti muncul dalam visiku, menuntut balas atas perbuatanku.

"Aku memohon ampun, Tuhan," bisikku dalam hati. "Aku sadar akan kesalahanku. Tolong bebaskan aku dari penderitaan ini."

Namun, di neraka, tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyakitkan dan nyala api yang tak pernah padam. Setiap permohonan ampun terasa hampa, seperti suara yang tenggelam dalam kegelapan yang pekat.

Di tengah keputusasaan, aku melihat seberkas cahaya kecil. Cahaya itu berbeda dari api yang membakar sekitarku. Itu adalah cahaya yang membawa ketenangan, seolah-olah ada harapan di balik segala penderitaan ini. Aku mencoba mendekati cahaya itu, meskipun rasa sakit yang kurasakan semakin menjadi-jadi.

Cahaya itu membawa ingatanku pada momen-momen singkat ketika aku melakukan kebaikan. Saat aku memberi sedekah, saat aku menolong sesama, saat aku mendengarkan nasehat agama dengan penuh perhatian. Momen-momen ini terasa seperti oase di padang gurun penderitaan. Aku menyadari bahwa meskipun dosaku sangat besar, ada sedikit kebaikan yang pernah kulakukan.

Aku bertanya-tanya, apakah kebaikan kecil ini dapat menjadi harapan untuk pengampunan? Apakah Tuhan mendengarkan permohonan ampun dari seorang pendosa seperti aku? Di tengah kebingungan ini, aku merasakan ada sesuatu yang berubah. Rasa sakit yang tak tertahankan mulai mereda sedikit demi sedikit. Meski masih terjerat dalam neraka, ada secercah harapan yang mulai tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun