Pak Darto adalah seorang guru spiritual yang terkenal di desaku. Setiap orang yang datang kepadanya, selalu pulang dengan hati yang tenang dan masalah yang terselesaikan. Dia dikenal bijak dan pandai, mampu berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib. Namun, ada satu rahasia yang hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya: istrinya adalah seorang kuntilanak.
Darto menikahi Sari, seorang wanita cantik yang tidak seperti wanita lain. Dia memiliki pesona yang misterius dan mata yang selalu menyiratkan kesedihan. Tidak ada yang tahu asal usul Sari. Orang-orang di desa sering kali merasa merinding setiap kali Sari lewat, meskipun dia selalu tersenyum ramah.
Darto tidak pernah menceritakan kepada siapa pun bahwa Sari adalah kuntilanak. Dia menemukan kebenaran ini setelah menikahi Sari. Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Darto terbangun mendengar suara tangisan di kamar sebelah. Ketika dia membuka pintu, dia melihat Sari duduk di sudut kamar dengan wajah pucat dan rambut terurai panjang. Tangisannya begitu memilukan hingga membuat bulu kuduk Darto berdiri.
"Apa yang terjadi, Sari?" tanya Darto dengan lembut, mendekati istrinya.
Sari menoleh dan menatapnya dengan mata merah. "Aku... aku tidak pernah memberitahumu siapa aku sebenarnya. Aku adalah kuntilanak, Darto. Aku terjebak di dunia ini karena dendam dan kesedihan."
Darto terkejut, tetapi cintanya pada Sari tidak berkurang. Dia berjanji akan membantu Sari mencari kedamaian dan membebaskannya dari kutukan itu. Setiap malam, Darto berdoa dan melakukan ritual untuk membebaskan Sari, tetapi usahanya selalu gagal. Sari tetap terjebak antara dunia manusia dan dunia gaib.
Tahun-tahun berlalu, dan meskipun Darto telah menjadi guru spiritual yang dihormati, hatinya selalu gelisah. Sari semakin sering menunjukkan tanda-tanda kehadiran kuntilanaknya. Warga desa mulai menyadari hal ini. Suatu malam, salah satu tetangga, Pak Arif, mendatangi Darto.
"Pak Darto, aku tahu ini mungkin sulit bagimu, tetapi kami harus tahu. Apakah benar Sari adalah kuntilanak?" tanya Pak Arif dengan hati-hati.
Darto terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Ya, Pak Arif. Dia terjebak dalam kutukan. Aku telah berusaha membantunya, tetapi usahaku selalu sia-sia."
Pak Arif menghela napas panjang. "Mungkin sudah waktunya untuk mencari bantuan dari orang lain, Darto. Mungkin ada cara lain untuk membebaskan Sari."
