Dalam sebuah rumah sederhana di pinggiran kota Semarang, tinggal seorang gadis bernama Rara bersama ibunya, Bu Lastri. Kehidupan mereka tidaklah mudah, apalagi setelah ayah Rara meninggal dunia akibat kecelakaan kerja lima tahun yang lalu. Sejak itu, Rara dan ibunya harus berjuang untuk bertahan hidup, hanya mengandalkan penghasilan Bu Lastri sebagai penjahit.
Rara adalah seorang siswi SMA yang cerdas dan rajin. Ia selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasnya. Di sekolah, ia dikenal sebagai siswa teladan yang selalu siap membantu teman-temannya. Namun, di balik senyumannya yang cerah, Rara menyimpan beban yang berat. Ibunya, Bu Lastri, menderita penyakit ginjal yang memerlukan perawatan intensif dan biaya yang tidak sedikit.
Setiap hari, Rara harus melihat ibunya menahan rasa sakit dan kelelahan setelah bekerja. Perasaan putus asa sering kali menghantui pikirannya. Ia ingin membantu ibunya, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Biaya pengobatan yang mahal membuat mereka terjerat dalam lingkaran utang yang tak berujung.
Suatu hari, saat pulang dari sekolah, Rara bertemu dengan seorang pria bernama Doni. Doni adalah teman lama ayahnya yang baru saja kembali dari luar negeri. Dia mendengar tentang kondisi keluarga Rara dari tetangganya dan merasa terpanggil untuk membantu. Doni menawarkan bantuan finansial kepada Rara, tetapi dengan syarat yang sangat mengagetkan.
"Aku bisa membantu biaya pengobatan ibumu, Rara," kata Doni dengan suara lembut. "Tapi, sebagai gantinya, kau harus menyerahkan sesuatu yang sangat berharga."
Rara terdiam. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. "Apa yang pak dhe maksud?" tanyanya dengan suara bergetar.
Doni menatap Rara dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau tahu apa yang kumaksud, Rara. Aku ingin keperawananmu."
Kata-kata Doni seperti petir di siang bolong. Rara merasa tubuhnya gemetar dan air matanya mulai mengalir tanpa bisa ditahan. Pikiran tentang ibunya yang kesakitan dan tak berdaya memenuhi benaknya. Ia merasa terperangkap dalam dilema yang sangat menyakitkan. Apakah ia harus mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nyawa ibunya?
Malam itu, Rara tak bisa tidur. Ia memikirkan tawaran Doni berulang kali. Setiap kali ia menatap wajah ibunya yang tertidur lelap, hatinya semakin hancur. Ia tahu bahwa ibunya tidak akan pernah mengizinkannya melakukan hal tersebut, tetapi ia juga tahu bahwa tanpa bantuan finansial, nyawa ibunya terancam.
Keesokan harinya, Rara menemui Doni di sebuah warkop. Dengan hati yang berat dan mata yang sembab, ia mengatakan, "Aku setuju. Aku akan melakukan apa yang pak dhe minta, demi ibuku."