Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DP
INASTIANING DYAS DP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Penjual Nasi Uduk

1 Juli 2024   06:11 Diperbarui: 1 Juli 2024   06:49 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah gang sempit di Jakarta, tinggallah seorang nenek bernama Mak Rini. Mak Rini adalah seorang penjual nasi uduk yang sudah berjualan lebih dari 50 tahun. Setiap pagi, sebelum fajar menyingsing, Mak Rini sudah bangun untuk menyiapkan dagangannya. Dengan penuh semangat, ia meracik bumbu, mengukus nasi, dan menggoreng lauk pauk yang akan dijualnya.

Namun, kehidupan Mak Rini tidaklah mudah. Suaminya telah meninggal beberapa tahun yang lalu, dan anak-anaknya yang dulu sering membantunya berjualan kini sudah pergi, merantau ke kota lain demi mencari kehidupan yang lebih baik. Sayangnya, sejak mereka pergi, kabar dari anak-anaknya semakin jarang terdengar. Mereka seperti hilang ditelan bumi, meninggalkan Mak Rini sebatang kara.

Setiap hari, Mak Rini berjualan di sudut pasar kecil yang selalu ramai pengunjung. Dengan tubuh yang semakin renta, ia tetap bertahan karena inilah satu-satunya cara untuk menyambung hidup. Warga sekitar sangat mengenal dan menghargai Mak Rini, tetapi mereka pun tidak bisa berbuat banyak untuk membantu. Mereka hanya bisa membeli nasi uduk Mak Rini sambil memberikan senyum dan sapaan hangat.

Suatu pagi, Mak Rini merasa badannya sangat lelah. Ia duduk di kursi kecil di pojok dapur, beristirahat sejenak. Kenangan masa lalu berkelebat di pikirannya, mengenang suaminya yang selalu setia mendampinginya berjualan dan anak-anaknya yang dulu sering membantunya mengangkat barang dagangan. Air mata perlahan menetes di pipinya yang keriput.

Dengan sisa tenaga yang ada, Mak Rini tetap memaksakan diri untuk berjualan hari itu. Di tengah keramaian pasar, seorang pembeli yang sudah lama tidak terlihat datang menghampiri. Ternyata, itu adalah seorang teman lama suaminya. Melihat kondisi Mak Rini yang semakin menua dan lemah, lelaki itu merasa terharu.


"Mak Rini, bagaimana kabar anak-anakmu?" tanya lelaki itu sambil membeli sebungkus nasi uduk.

Mak Rini hanya bisa menggeleng pelan, "Mereka sudah lama tidak mengirim kabar. Saya hanya berharap mereka baik-baik saja di sana."

Lelaki itu terdiam sejenak, lalu memberikan beberapa lembar uang lebih kepada Mak Rini. "Untuk tambahan modal, Mak. Semoga bisa membantu."

Mak Rini tersenyum dengan mata berkaca-kaca, "Terima kasih banyak, Pak. Semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak."

Hari itu, Mak Rini kembali ke rumahnya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa senang karena masih ada orang yang peduli padanya. Di sisi lain, rasa rindu pada anak-anaknya semakin memuncak. Ia hanya bisa berdoa dan berharap, suatu hari nanti anak-anaknya akan kembali, memeluknya, dan membuatnya merasa tidak lagi sendiri. Namun hingga senja hari, yang menemaninya hanya suara angin dan kenangan masa lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun