Mohon tunggu...
Inayati Ashriyah
Inayati Ashriyah Mohon Tunggu... -

Editor buku, penulis, istri, ibu dari seorang putri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapan Kawin?

27 April 2011   09:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ya, Allah! Engkau Maha Mengetahui segalanya mengenai diriku, baik yang tersembunyi maupun yang zahir. Maka, jadikan aku indah di hadapan-Mu.

Kapan kawin? Saat ditodong pertanyaan seperti itu, seorang lajang kadang dibuat kelabakan. Padahal jawaban dari pertanyaan itu tidaklah sulit. Ia bisa saja menjawab belum tahu, insya Allah mohon doanya, atau jawaban lainnya yang lebih optimis lagi. Namun kenyataannya tidaklah demikian, apalagi jika pertanyaan itu ditujukan kepada seorang wanita lajang yang berusia di atas 30-an dan sama sekali belum memiliki calon pendamping.

Dihujani pertanyaan yang sama dari banyak orang berhasil membuat seorang lajang tak tahu lagi harus menjawab apa—karena berbagai alasan yang dimilikinya. Tersenyum manis menjadi jurus terakhir yang bisa diartikan beragam oleh orang-orang yang melihatnya. Namun, tidak sedikit orang yang berkelakar membantunya menjawabkan pertanyaan—seperti dalam sebuah iklan rokok—bahwa ia akan kawin bulan Mei, maybe yes-maybe no. Malah ada lagi yang lebih ekstrem mengatakan bahwa kalau kawin sudah, sedangkan menikah belum. Jawaban seperti ini semoga saja hanya candaan belaka yang sesungguhnya tidak perlu diucapkan.

Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat perbedaan pada definisi kawin dan nikah. Kawin diartikan membentuk keluarga dengan lawan jenis; menikah; melakukan hubungan kelamin; bersetubuh. Sedangkan nikah diartikan ikatan perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Perbedaan arti ini jugalah yang mungkin menyebabkan kawin dan nikah—dua-duanya—diucapkan oleh mempelai pria saat ijab qabul. Nilai bahasa seperti ini yang membuat nikah dan kawin menjadi dua hal yang berbeda. Namun terkadang, tidak sedikit orang yang mengatakan kawin untuk maksud nikah. Jadi, wajar saja saat pertanyaan ‘kapan kawin’ dilontarkan, seorang lajang langsung berasumsi pada sebuah pernikahan.

Seorang wanita lajang yang sama sekali belum memiliki calon pendamping—padahal usianya bisa dibilang tidak muda lagi—sebenarnya memiliki pertanyaan yang sama dengan pertanyaan orang-orang yang disampaikan kepadanya. Hanya saja, ada sedikit penambahan pada kalimatnya: kapan aku kawin? Pertanyaan ini ia tujukan kepada dirinya sendiri dan sekaligus kepada Allah sebagai Penguasa hati. Jika jawaban itu ada, ia benar-benar akan sangat bersyukur dan dengan senang hati akan membagikan kabar gembira ini kepada semua orang.

Bukan hanya seorang lajang, setiap orang pastinya mendambakan hidup yang menyenangkan. Dilahirkan dengan kondisi sempurna, tumbuh menjadi dewasa, menikah, menikahkan, menyaksikan anak-cucu hidup bahagia, dan akhirnya meninggal dunia dengan khusnul khatimah adalah rangkaian episode manis yang diharapkan terjadi dalam hidupnya. Kalaupun ada air mata, itu adalah tanda kebahagiaan dan keharuan. Namun, benarkah itu adalah hidup yang sempurna?

Kemudahan tanpa kesulitan bukanlah sebuah kesempurnaan. Menjadi orang yang pernah merasakan keduanya adalah orang yang beruntung sehingga ia mampu menghargai kehidupan. Kelahiran, kematian, dan jodoh adalah rahasia Allah. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan seseorang akan lahir, meninggal dunia, dan bertemu dengan jodohnya. Satu hal yang harus diyakini bahwa Allah adalah Penggenggam yang gaib di langit dan di bumi. Dengan kehendak-Nya, seorang bayi mungil lahir ke dunia. Dengan kehendak-Nya pula ruh dicabut oleh Izrail. Dan hanya Dia-lah yang Mahakuasa menciptakan manusia berpasang-pasangan. Janji Allah adalah benar. Maka, jadikanlah Allah sebagai Penolong.

Jadi, seandainya Anda wanita lajang mendapatkan pertanyaan ‘kapan kawin?’, jawablah dengan penuh optimis. Jawaban Anda adalah doa. Berharaplah orang yang mengetahui doa Anda akan mengamininya sehingga harapan Anda cepat terwujud dengan cara yang mungkin saja sulit dimengerti. Buang jauh-jauh rasa kesal karena selalu mendapatkan pertanyaan yang senada. Ketidaknyamanan yang Anda rasakan bisa jadi karena Anda sendiri yang menciptakannya. Coba saja bayangkan, apa salahnya jika seseorang bertanya kepada Anda kapan Anda akan menikah. Bukankah wajar pertanyaan itu muncul mengingat usia Anda sudah pas untuk menikah? Masalah sudah ada pendamping atau belum, itu adalah masalah lain.

Kapan kawin? Hingga saat ini mungkin jawaban itu masih menjadi misteri bagi Anda. Tidak jadi soal bagi Anda jika membuat target waktu untuk menikah, bahkan mungkin seharusnya itu Anda lakukan. Jika target waktu sudah terlampaui dan pernikahan itu tak kunjung terlaksana, buatlah target waktu yang baru. Tidak ada seorang pun yang akan menertawakan jika Anda melakukannya. Bahkan, tidaklah masalah jika Anda menjawab dengan jelas tanggal, bulan, dan tahunnya walaupun tak tahu siapa calon mempelai prianya saat ditanyakan kapan Anda kawin. So, kapan Anda kawin?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun