Mohon tunggu...
Inayati Ashriyah
Inayati Ashriyah Mohon Tunggu... -

Editor buku, penulis, istri, ibu dari seorang putri.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dokumentasi ‘Jomblo’ Usia 30-an

27 April 2011   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:20 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya sih dari curhatan teman. Semakin saya menyimak, semakin asyik pembahasannya. Saya berpikir cepat, sayang sekali jika tema-tema mengasyikkan ini diabaikan begitu saja, menguap seperti spirtus.  Menurut saya sih asyik kalau tema-tema ‘jomblo usia 30-an’ ini didokumentasikan. Seandainya ada yang berbeda pendapat, mmm, bagaimana ya, sepertinya sah-sah saja, lawong ini negara demokratis, asalkan bisa dipertanggungjawabkan, segala sesuatunya menjadi asyik untuk dibicarakan.

Mari saya ajak untuk membahas satu saja dari beberapa judul yang ada dalam buku saya ini. Judul pertama: Kapan Kawin? Kalimat tersebut terkesan seperti kalimat tanya biasa. Tapi jangan salah, walaupun hanya dua kata, efeknya bisa mematikan. Mungkin ada yang belum tahu ketika ada seorang wanita lajang usia 30-an pada akhirnya memilih untuk tidak pulang kampung karena kerap mendapatkan pertanyaan serupa. Rasanya pertanyaan itu bagaikan pisau belati yang langsung menancap pada hatinya, sakit dan sungguh menyakitkan. Dahsyat, bukan efeknya?

Jika seorang teman mengalami hal menyakitkan seperti itu, saya pun sebagai temannya dapat merasakan hal yang sama walaupun tidak mengalaminya secara langsung. Apa yang dirasakan oleh para wanita lajang ini sepertinya patut diketahui oleh siapa pun. Saya pikir ini menjadi penting karena akan berpengaruh pada kehidupan manusia secara luas mengingat jumlah wanita lajang katanya makin banyak saja.

Semua permasalahan yang melekat pada wanita lajang tidak otomatis mengarah pada hidup yang tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan, serta menyengsarakan, tidak pula mengarah pada kesimpulan hidup yang perlu belas kasihan. Tidak seperti itu. Apa yang menjadi pengalaman para wanita lajang bisa jadi menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga saja demikian karena tujuan saya menulis buku ini pun bukan sekadar mengumbar pengalaman, melainkan ada pelajaran berharga yang mungkin saja masih tersembunyi di balik cerita dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memaknainya. Saya berharap orang itu adalah Anda sebagai penikmat bacaan seperti ini.

Tidak banyak yang bisa saya sampaikan. Semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat dan tentu saja pada akhirnya tercipta perubahan menjadi makin baik bagi siapa pun yang ingin cita-cita mulia ini tercapai. Jika di sana-sini masih banyak kekurangan, beribu maaf dari lubuk hati saya terdalam. Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi pada masa mendatang. Amin.

(sebuah pengantar)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun