Menelusi jalan diperempatan malam dalam hiruk pikuk kegaduhan suara suara penghuni malam yang terlewati yang hamper sepanjang jalan T.Nyak Arif kota Banda Aceh, diatas sana sang rembulan dengan gagahnya memperlihatkan cahayanya diantara gelap malam,
Kawan ku malam itu banyak bercerita tentang ayam kampus yang dikenalnya memang hal itu dilakukan bukan karna factor ekonomi semata tetapi lebih kepada trend hidup. Kami bercerita sambil teh dipinggir jalan ditempat orang jual burger didepan salah satu bank di kota Banda Aceh.
Kawan ku itu dia banyak tahu kebetulan dia pernah menjadi tetangga sebab dulunya dia sewa rumah yang berdekatan dengan para para ayam kampus itu. Malam itu kami memang bercerita tentang hal hal pelanggaran syariat islma di Aceh lagipun aku sudah lama tidak di Banda Aceh setelah pindah menjadi warga Abdya kembali dan tetapi menjadi Rakyat Aceh.
Terlalu latah ataukah memang belum siap menghadapi dunia hari dengan penuh kecanggihan namun ditelantarnya akidah akidah agama Islam, semua orang mengenal Aceh dengan konfliknya, tsunaminya dan syariat islam. Tetapi ibu kota provinsi Aceh memperlihatkan wajah lain, wajah wajahmetropolitan dengan berbentuk kedok lain, seperti jualan dipinggir jalan, bukan hanya makanan ringgan yang sediakan bahkan perempuan perempuan pun berpakaian tidak islami dan saling merangkul dan berpelukan dengan yang bukan muhrimnya.
Hokum cambuk, ya pernah dilakukan itu namun kini hokum itu seakan hilang bagai ditelan jaman, apakah karna pemilik pemilik tempat itu memiliki sesuatu yang bisa mematahkan hokum atau hokum itu ada menghukum bagi pelanggar langgar hokum.
Salam
Nasruddin Oos
Malam Minggu, 16 Juli 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H