SESUATU YANG DITAKUTI TELAH TERJADI
Pernah aku melihat
Tapi aku belum tahu ujung mu
Tempat mu bermuara dalam belaian kasih sayang
Mekarlah seperti melati yang selalu menjunjung kesucian
Dalam hangat sinar mentari
Wangi menebar dipagi hari
Adakah dirimu yang bersenandung dalam kedamaian
Rona-rona warna senja
Hingga menunggu diujung mimpi
Hembusan angin pagi
Dalam buaian mimpi
Kata hati dirimu adalah
Anugerah terindah ciptaan Tuhan
Penghargaan jiwa pada jiwa-jiwa
Yang damai dengan cinta
Aku hampir saja kehilangan bentuk
Warna yang memudar dari warna-warna
Impian yang bermuara pada ujung ku
Dalam keterasingan sinar mentari
Ingin ku berteriak tentang kedamaian hati
Dan ketenangan jiwa
Tapi aku belum bisa memaknai
Kenapa masih menyimpan gelap
Namun aku berusaha mencari makna itu
Warna-warna yang berseri
Semoga warna bunga itu tidak dalam jambangan orang
Asa yang masih tersimpan rapi dengan mimpi
Sendiri menunggu yang sendiri
Tanpa ada jelas meraung kerinduan
Aku ingin berada diantaranya
Mengatur manik-manik kaca
Dari serpihan hati yang kian rapuh
Terpaku aku disini
Memandang pendar dalam kelam
Manik-manik cahaya mengambang
di pelupuk mata yang terpenjam
melayang liar
mengintari ruang tak berhingga
terbang aku diantaranya
menuju hati di seberang jauh
mengapai angan yang tercipta tanpa duga
tanpa kendali
dihela hastrat yang mengila di sanubari
kadang aku tak tahan dan ingin menyerah
tapi langkah ku terus terayun sendiri
sendiri
satu demi satu
meninggalkan waktu
menjelang mimpi
kala malam beranjak pagi
dingin hawa menyapa membelai
menarik hati menyapa mu kembali
menjelang hari
semoga bahagia selalu mengiringi
harapan dan tujuan hidup terpenuhi
hingga tiba waktu membuyal janji-janji di hati
inas oos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H