Angin sepoy sepoy, hawa sejuk menghampiri ari dimalam itu dipinggir jalan lintas provinsi, tiga buah meja beberapa buah kursi di jambo depan, koran pro haba tergeletak diatas meja beralas karpet, kopi hangat mulai dihidang diatas meja didepan kami. Sungguh nikmat kopi kampung yang tak tercampur. Suasana malam mulai hangat dengan pembincangan bermacam jurus, sehingga aku pun berkata pada bang feri malam itu “bang nyoe manggat, boeh reuteuk na nyang broe, ie rah jaroe na nyang bayee, haba boeh manoek na nyang reuboeh, hawa gulee reuboeh na nyang masak, (bang iya enak, kacang panjang ada yang beli, air cuci tangan ada yang bayar, ingin telur ayam ada yang rebus, ingin sayuran ada yang masak). Meunyoe ulon peu ma, hawa eungkot siengkoe pakek ku jak meubuebee keudroe, peu loem bace ngoen ieleeh ciet ku jak meukruep keudroe.” Hahahahaha tawa bang feri.
Padahal tak banyak yang kami bicarakan hanya saja beberapa kesimpulan dari bincang bincang siang hari dengan orang lain lagi yang sering kami komunikasikan dalam kehidupan sehari-hari, memang menarik penyataan J Kamal Farza malam itu yang mengatakan untuk berfikiran positif insya allah hasilnya akan positif ku katakan pada bang feri, sebenarnya terlalu banyak ilmu kita dapat ditenggah tenggah masyarakat yang lebih riil dalam kehidupan disini yang memang tak tertuang dalam buku ataupun tersimpan diperpustaan. Seperti pernyataan Toke Ali, mahasiswa itu ilmuan, bukan membuat masalah atau memperdebatkan kesalahan masyarakat, banyak hal seharusnya yang harus dilakukan oleh mahasiswa ketika musim pulang kampung, ini malah mahasiswa berdebat dengan masyarakat yang seharusnya masyarakat itu mendapat gambaran gambaran intelektualitas dari mahasiswa tersebut, mahasiswa itu ilmuan, tau apa dia tentang teknis mecangkul tanah agar tidak cepat capek, kalau itu masyarakat lebih tau dari mahasiswa itu. Berbeda dengan perkataan Apa Dolah, Nas coba kamu lihat, berapa orang yang telah menjadi sarjana disini lalu bagaimana pergaulan dia dengan masyarakat, tidak ada kan, mereka kurang diterima dimasyarakat karena mereka terlalu tinggi berbicara tetapi ketika ada hal-hal dalam masyarakat mereka kurang respon, apakah yang terjadi ditenggah tenggah masyarakat itu tidak ada dalam buku atau memang tidak masuk dalam mata pelajarannya ketika dia kuliah ataukah hanya memang masyarakat disini terlalu awam sehingga tak layak duduk bergabung dengannya. Separah itu kah yang terjadi disini? Tanya ku pada Apa Dolah, iya. Sesingkat itu jawaban ku dapatkan setelah dia selesai berbicara panjang lebar dan ketika ku tanya singkat terjawab.
Kopi kami setenggah gelas lagi tertinggal karena setenggahnya lagi telah terteguk saat perbincangan tentang sebuah kesimpulan rangkuman duduk dengan beberapa orang disiang hari yang tersimpul dimalam hari, asap rokok mengepul terbawa angin malam suasana malam mulai hening, karena masyarakat disekeling terlelap dalam tidur malam karena esok hari harus bangun lebih awal karena masih terlalu banyak tugas disawah, digunung, diladang, dikantor, disekolah, dipasar. Mereka tertidur tidak seperti penyataan nufus, kawan ku yang satu itu pernah berkata, anak SMA adalah orang-orang yang takut untuk bermimpi karena disibukkan dengan cafe dan model sehingga selalu ikut ngetren, hanya beberapa orang yang berani bermimpi.
Nas kau makan mie, Dogoek berkata karena Dogoek mau masak mie untuk bang Dani, nas, feri, bang dani pesan mie gureng sedangkan Tolen dan Hendra mie rebus. Bukan pertama kali aku makan mie gureng diwaroeng Dogoek yang berukuran 2 X 3 meter itu bahkan sudah berulang kali, tetapi kenikmatan makan mie gureng Dogoek malam itu memang sangat terasa nampak ciri khasnya, bumbunya sangat terasa apalagi pedasnya wow pas banget. Ya bang dani adalah langganan tetap yang hampir setiap malam mangkal diwaroeng Dogoek tetapi malam itupun bang dani juga sangat terkesan dengan masakannya, warung yang terletak dipinggir jalan ini berada di Gampong Krueng Batee Kecamatan Kualaa Batee Aceh Barat Daya memang hampir siang malam dibuka karena tutupnya saja jam 03 pagi, pengujung sangat ramai apalagi cara pesan mie gurengnya ada melalui sms, ketika telah siap dimasak dan dibungkus baru pemesan mengambilnya, dilantai 2 warung itu tempat main PS, serta dibelakang jambo itu menghubungkan kerumahnya dan disana juga ada tiga meja panjang yang didepannya terletak televisi serta kulkas. Kesan diwarung itu memang ramai dan menghebohkan, sebab Dogoek tergolong orang yang ramah dan lucu serta banyak peragainya.
Salam Mie Gureng
Nasruddin OOS
29 September 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H