[caption id="attachment_121241" align="alignright" width="300" caption="dok/inas oos"][/caption] INAS OOS
Gempalan kedinginan menghujam ulu hati
Gemuruh peradaban kian terganti sobat ku
Bahkan kita tak pernah bersama lagi
Setelah hari itu terakhir kali ku melihat
Tak terucap kata perpisahan
Aku lupa
Ntah tanggal berapa kita bersua, pertama kali
Tahun membekas dari catatan yang tertoreh
Dalam memory ntah berapa GB diberikan yang Maha Kuasa
Baru baru ini kita telah menyapa dalam dunia maya
Ada cerita belum tamat atau
Sutradaranya tidak ada lagi
Tiap tiap menuju
Alas an yang sama untuk kebahagian
Kita akan bercakap dalam senyap
Dalam kebimbangan riuhnya angin
Menerbangkan helaian daun
Daun daun yang sering kita sapu dengan kaki
Kala ide sering nyasar dari arah sehat pikiran
Aku bercerita bukan pada daun daun kering
Daun daun yang dulu telah berbaur menjadi tanah lagi
Lelucon tawa disela tangisan seorang teman
Entah pada apa yang disedihkan. Lupa aku
Dalam catatan tak tertulis atau memang karena terbawa arus
Ketika amarah air dengan gelombangnya melanda
Atau lebih dikenal dengan tsunami
Aku ingat sobat,
Ketika obrolan tentang pasangan yang disukai
Ketika tangisan jiwa saat hati terlunta
Dengan alas an mencintai orang yang salah
Padahal salah mencintai sebetulnya
Hahahaha
Ku tertawakan kisah cinta mu, kisah cinta juga tak mulus disana
Bahkan kau lebih memahami itu
Diantara orang yang mengagumi, terkagum kagum
Terkadang kita beda pendapat tentang itu
Tiap tiap, jalan menuju
Siklus waktu selalu seperti itu
Paling tidak aku telah mengutarakan rasa rinduku
Sesaat diri ini melontar ribuan mil jauhnya..
Terserah kau dimana sobat
Rinduku sudah terwakili bersua denga mu lagi
Salam ngopi,
Semoga kopi yang ku minum tak terasa anggur lagi
Minggu, 18 April 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H