Mohon tunggu...
NASRUDDIN OOS
NASRUDDIN OOS Mohon Tunggu... melalang buana, kerja g jelas kuliahpun tidak jelas -

Ah, Gelap

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ketika di Sana Kata Ini Dimulai

17 Juni 2011   15:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:25 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari begitu panas memukul kulitku siang hari itu pertama kita bertemu, ya selasa 14 Juni 2011, setelah jarum jam melewati angka satu bahkan menuju angka dua, lagi pun aku sempat janjian dengan kawan lain tuk ngopi siang karna aku tak tahu bahwa ketika jarum jam menuju pada angka 2 kau telah keluar dari kantor mu yang sekarang kau bekerja disitu.

Gemercik air bewarna bening yang mengalir dari pegunungan itu dan memang telah terbuat bendungan yang berbentuk irigasi diantara itu ditepi sungai yang terdapat jalan hanya sekita empat meter diujung sana tepi jembatan menuju keseberang sana tergeletak beberapa kantin. Salah satu diantara kantin itu kau telah menunggu disana dengan es buah yang hamper saja habis, the dinggi hanya saja baru beberapa teguk membasahi tenggorokan dirimu.

Aku datang, dengan menumpang pada seorang kawan dan kawan itu juga kekasih perempuan yang lagi bersama mu, yang memang sudah lama ku kenal dan dia bukan orang lain tetapi telah menjadi adik ku juga.

Banyak kata tak terungkap dikala itu walau beberapa kali ku coba membuyarkan dan membuat kesan bahwa kita tidak sedang jumpa pertama, wajah manis mu tersenyum dengan penuh pesona dan aku pun ingin berlama lama berada disana dekat mu manisku.

Disanalah awal kata ini dimulai, disaat semuanya terhenti bagai sebuah gersang ketandusan kau hadir membawa air dan menyirami tanah yang gersang, ku harap aku tak berlebihan ketika memperkenalkan kau pada salah orang yang ku sebut abang dan itu telah lama, namun hanya saja dia selalu membuat orang berpikir lain itu dia yang uloknya ngak habis habis.

Sepulang dari sana ntah mengapa bayangan mu mulai bermain dalam pikiranku, dan aku tak menyalahkan mu karna telah hadir dalam pikiran ku, mungkin saja aku yang mampu mengendalikannya hingga ku katakana ku rindu dan ku ingin bersama mu, disana ditempat aku yang belum tahu kita akan berlabuh. Manisku kata ini untuk mu.

Salam

Nasruddin Oos

Blangpidie, 17 Juni 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun