Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ikhlas Mencintai

29 Januari 2025   20:20 Diperbarui: 29 Januari 2025   20:20 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook/HomeDesaignIdeas

Saya perlahan mulai sadar. Barangkali Tuhan tengah menuntun saya pada proses ikhlas dalam mencintai. Mengenal cinta yang tak hanya sebatas fisik, namun lebih dari itu. Bersama tapi terpisah. Terpisah tapi senantiasa berjalan bersama. Meski banyak orang menentang dan menganggap saya bodoh karena memilih menjalani cinta ini. Namun saya sadar langkah dan hati saya masih terus ingin bersama orang yang saya cintai.

Berbagai hal dari dalam diri saya sendiri maupun pandangan orang lain senantiasa membuat hati saya tersayat perih dan ujungnya menangis tersedu-sedu. Tapi selalu saja hal itu tak berlangsung lama. Saya kembali lagi ingin memperjuangkan cinta yang dititipkan oleh Tuhan ini. Karena saya tahu, kamu sebagai kekasih telah mencintai saya dengan sepenuh hatimu. Kamu selalu belajar untuk bagaimana bisa membuat saya bahagia. Dan karena hal itulah saya selalu kembali melanjutkan kisah ini.

Andaikata kamu tak mencintai saya sedalam itu, kisah kita sudah berakhir sejak lama. Namun ternyata kamu lah yang menjadi kunci tetap langgengnya hubungan kita sayang. Cinta dan kasih sayangmu yang tulus untuk saya menjadi pondasi kuatnya jalinan cinta diantara kita. Maafkan saya sayang jika saya malah sering meminta untuk mengakhirinya.

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan atas kenikmatan dan kebahagiaan bisa bersama dan berkesalingan denganmu. Saya seharusnya mengikuti apa yang pernah disampaikan Abi Quraish Shihab. Dimana ketika kita telah jatuh cinta, maka jangan tanya pada akal. Tanya pada hati lalu berikan pembenaran kepada akal. Pak Faiz juga pernah menyampaikan dalam kajiannya. Cinta itu menerima dan tidak ada paksaan dalam cinta. Jika memaksa maka itu bukan cinta, tapi hawa nafsu. 

Sepanjang kita telah menjalani cinta ini, keinginan saya hanya satu. Ingin selalu didekatmu dan membersamai langkahmu sayang. Suka maupun duka kita lewati bersama. Namun keinginan itu sementara saya pendam sambil berdoa meminta petunjuk kepada Tuhan agar diberikan yang terbaik. 

Dan hari ini adalah hari keempat kita tak bersama. Meski kemarin walau hanya sebentar kita bisa bertemu dan memadu rindu yang teramat, rasanya tak cukup puas untuk bercengkerama dan berbagi kasih bersamamu sayang. Bahkan hingga tulisan ini tayang, saya masih dan selalu merindukanmu. Saya ingin memelukmu begitu erat dan berkata jika saya mencintai dirimu. 

Menjalani kehidupan ini sebaiknya tetap eling dan waspada. Bahwa saya memang mencintai dirimu. Namun saya tak boleh berkhayal terlalu tinggi untuk hal yang belum terjadi. Seperti katamu kita hanya menjalani apa yang sudah menjadi kehendak Tuhan. Belajar menerima dan terus berusaha melakukan yang terbaik dalam kebaikan tentunya. 

Sayang, besok saat kita bertemu saya ingin kamu memeluk saya dengan erat untuk menuntaskan rindu beberapa hari ini. Apa kamu mau sayang? Saya mencintaimu dan saya sangat merindukan dirimu. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun