Perubahan sikap saya dan keinginan untuk mengakhiri kisah denganmu apakah bukti dari kuatnya doa perempuan yang kau cintai sebelum saya. Atau apakah doa dari orang-orang yang sengaja ingin melihat kita berpisah. Atau sebab lainnya sayang. Saya tak bisa memastikannya secara benar. Namun yang saya tahu adalah kesabaranmu dalam menghadapi sikap saya tersebut. Kamu begitu sabar dan tak ada sikap marah atau keras kepada saya. Justru kelembutan yang saya rasakan. Apakah kau benar-benar mencintai saya?Â
Maafkan saya yang belum bisa mencintai kamu dengan sadar. Cinta saya masih samar-samar dan terkalahkan oleh ego. Ego akan kekhawatiran dan rasa takut tentang masa depan yang barangkali belum tentu terjadi. Saya selalu terselimuti oleh rasa bersalah yang saya hadirkan sendiri. Meski beberapa kali kau selalu berkata, jangan bilang seperti itu sayang.Â
Kita berdua memang menjalani kisah ini tanpa paksaan. Cinta dan perasaan kita mengalir seiring berjalannya waktu. Saya merasakan bagaimana dicintai dengan cara seperti ini. Tapi entah mengapa saya selalu bertanya apakah cinta yang kau ucapkan benar-benar nyata atau hanya ilusi sesaat. Karena terkadang saya merasa bingung dengan sikapmu yang kembali mengulangi kesalahan.Â
Kemarin setelah saya sampaikan unek-unek meski dengan menangis, ada satu hal yang membuat saya tersadar. Kamu mengatakan bahwa kasih sayang Tuhan jauh lebih besar. Tuhan itu Maha Kasih dan Maha Cinta. Tentu apapun yang dilakukan hamba-Nya diganjar dengan cinta kasih Tuhan.Â
Selain itu kawan kita pun mengatakan bahwa apapun yang terjadi tergantung keyakinan kita. Dan saya kembali diingatkan dan disadarkan oleh hal itu. Bahwa sebetulnya Tuhan sesuai prasangka hamba-Nya. Jika selalu berprasangka dan berfikir baik, maka kebaikan akan senantiasa membersamai. Begitu sebaliknya.Â
Maka dari dua hal yang kemarin tiba-tiba hadir untuk menyadarkan saya, saya akhirnya memutuskan untuk kembali kepadamu. Saya sengaja menanyakan hal-hal yang membuatmu sedih dan juga bahagia. Karena sebagai pijakan saya dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan cinta kita. Apakah keputusan ini salah dimata Tuhan, biarlah menjadi hak-Nya untuk memutuskan. Tugas saya hanya menjalani sebaik dan semampu saya.Â
Terimakasih sayang untuk segalanya. Saya kembali meminta maaf untuk perubahan sikap yang membuat dirimu merasa sedih dan merasakan sakit didada. Saya pun hanya berharap langkah-langkah kedepan akan senantiasa membawa kebahagiaan dan kebaikan untuk semua. Dan semoga saja selalu dibersamai oleh Ridho Tuhan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H