Tadi malam saat saya berselancar di dunia instagram, saya menjumpai postingan isi buku yang mengisahkan tentang Layla dan Qais. Kisah asmara yang menggugah siapa saja yang membacanya dan abadi hingga saat ini. Dikisahkan Qais dan Layla yang saling menjaga cinta mereka walau terhalang ruang dan waktu. Cinta yang mereka miliki nyatanya tak mampu membuat keduanya untuk bersatu. Ada alasan pertentangan kedua orang tua. Berbagai upaya dilakukan untuk mematahkan bahkan membinasakan cinta keduanya, namun upaya itu tak berhasil. Mereka membuktikan bahwa cinta bisa abadi meski banyak hal datang untuk memisahkan.
Saya teringat kisah kita saat membaca postingan tersebut. Meski kisah Layla dan Qais hanyalah fiktif, namun rasanya tampak begitu nyata. Beberapa hari ini menjelang pergantian tahun saya selalu menginginkan perpisahan. Alasannya tetap sama karena saya merasa berat hati dan lelah menjalani semua ini. Menjalani hidup yang senantiasa sama setiap harinya ternyata mendatangkan rasa bosan. Bosan disini yang berkait dengan hubungan kita karena kamu selalu saja mengulangi kesalahan yang sama. Apa memang sebetulnya dirimu tak ada niat untuk memperbaiki kesalahan itu?
Logika saya memaksa untuk mengutarakan apa yang saya pikirkan tanpa mempertimbangkan sisi dari dirimu. Saya beberkan fakta kamu hanya diam dan minta maaf. Kamu berusaha untuk terus mempertahankan hubungan ini meski beberapa kali ada kesalahan yang terulang. Hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk kembali menjalani semuanya. Meski pada dasarnya saya tak tahu apakah jalan ini benar atau justru akan mendatangkan penyesalan dikemudian hari. Semoga tidak.
Saat membaca kisah Layla dan Qais saya semestinya bersyukur saat ini kamu masih didekat saya untuk sekadar saling mendengar keluh kesah, bekerjasama bahagia, bahkan saling menjaga satu sama lain. Dan usahamu untuk tetap mempertahankan kisah ini semestinya juga saya dukung bukan malah berlari meninggalkan dirimu seorang diri.
Kita telah melewati banyak hal sayang. Kebersamaan ini kadang mendatangkan kebahagiaan kadang pula mendatangkan kesedihan. Dan apakah langkah saya yang menginginkan untuk berpisah adalah pilihan yang salah?
Kamu selalu mengingatkan saya untuk terus menjalani kisah ini meski tanpa tujuan yang jelas. Sebetulnya yang menganggu saya hingga rasa bosan terhadap hubungan kita itu muncul adalah apa yang sebenarnya kamu cari sayang?
Ahh rasanya begitu rumit memikirkan semuanya. Tentu Tuhan menakdirkan kita bertemu ada alasannya. Jika Tuhan ingin kita terus bersama hingga bersatu tentu ada langkahnya. Begitu juga sebaliknya. Ternyata ada banyak cara dalam mencintai meski keduanya saling tak bersama. Saya berusaha terus mendukung dirimu untuk tetap mempertahankan hubungan kita. Semoga semesta meridhoi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H