Hari ini kau begitu lemah tak berdaya. Apakah karena efek obat yang kau minum atau sebab lainnya. Begitu banyak hal yang terus kau pikirkan. Tanpa kau menyadari, kesehatan fisikmu lah yang menjadi taruhannya. Kau selalu mementingkan orang lain dibanding dirimu. Fisik dan dirimu akhirnya mengalah untuk ego agar terlihat tetap tegar dan serba bisa dihadapan orang lain. Saya hanya berusaha memaklumi sikapmu yang demikian itu karena memang bawaan sejak kecil masih tertanam kuat dibenakmu.
Meski beberapa kali saya kecewa dan marah karena sikapmu yang terlalu ambisius itu tapi dilain sisi pula saya merasakan kebanggaan tersendiri. Memiliki seorang kekasih yang jiwa sosialnya tak diragukan lagi. Hanya saja saya harus tetap mengimbangi dirimu dengan segala hal konyol yang kamu lakukan.
Benar kata Ibu. Semakin tinggi pohon maka angin dan badai yang menerjang akan semakin terasa dan bertambah besar. Diperlukan akar dan batang yang saling menguatkan untuk tetap berdiri. Pohon tidak akan tumbuh begitu saja hingga besar tanpa memiliki akar dan batang yang menopangnya. Daun dan bunga meski hanya pemanis namun keberadaannya menjadikan pohon semakin terlihat sempurna.
Begitu juga manusia. Semakin dikenal penduduk bumi dan langit, maka ujiannya semakin berat. Ada yang tampak secara fisik ada pula yang tak terlihat alias tak kasat mata. Semua akan saling menyerang baik saat kita berbuat baik apalagi saat berbuat jahat. Namun satu hal yang pasti. Kebaikan akan selalu berujung pada kebaikan pula. Sebaliknya jika kejahatan maka akan bertemu dengan yang jahat.
Sayang, entah kamu sadari atau tidak bahwa semakin kesini dirimu banyak dikenal. Persembunyianmu kini semakin terkikis. Banyak yang akan tahu siapa kamu sebenarnya. Saya hanya mengkhawatirkan dirimu dan kesehatanmu. Seperti yang disampaikan Ibu melalui perumpamaan sebuah pohon. Izinkan lah saya untuk selalu didekatmu sayang. Memantau dan membantumu dari sisi yang lain.
Ingatlah. Kamu adalah seorang laki-laki yang tak mungkin melakukan segalanya seorang diri. Kamu memerlukan bantuan orang lain untuk menggapai apapun yang kamu impikan. Saya percaya kamu mampu. Namun saya ragu jika semuanya bisa kamu kerjakan seorang diri tanpa memerlukan bantuan orang lain. Sayang, kita ini dilahirkan melalui rahim seorang Ibu. Dikeluarkannya kita juga berkat bantuan bidan, dokter, dukun bayi atau sejenisnya. Kita dibesarkan dan diperkenalkan dunia oleh bapak dan ibu atau salah satunya.
Oleh karena itu sampai kapanpun kita akan selalu membutuhkan orang lain dalam proses pendewasaan kita. Maka saya selalu mengatakan kepadamu, libatkanlah saya dalam setiap urusan yang kau ambil. Barangkali kamu sudah mulai bosan dengan permintaan saya yang selalu sama ini. Tetapi saya benar-benar ingin selalu didekatmu dan bersama dirimu. Saya ingin kita selalu belajar bersama saling mengisi satu sama lain sesuai janji yang pernah kita sepakati bersama untuk saling membahagiakan dan menebar kebaikan juga kebahagiaan pada orang-orang disekitar kita.
Menutup tulisan hari ini, lekaslah sembuh sayang. Sakit dan segala macamnya akan sembuh dengan kebahagiaan dan kebaikan. Doa saya akan selalu menyertai dirimu. I love you.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H