Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary

Akad

2 Oktober 2024   18:23 Diperbarui: 2 Oktober 2024   21:10 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah cuplikan film seni memahami kekasih ada kalimat yang menurut saya cukup bagus. Jodoh itu ikhtiar dua manusia yang saling menjaga akad. Jika salah satunya ada yang berhenti, maka jalannya akan terasa pincang. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kesalingan antara dua manusia untuk tetap menjaga akadnya.

Ketika saya menemukan kalimat ini, tiba-tiba saya teringat jalinan asmara dengan kekasih. Awalnya hubungan kami tercipta tanpa sebuah akad, mengalir begitu saja. Dan saya masih ingat betul betapa saya selalu ingin mengakhiri kisah ini. Saya berfikir untuk apa menjalani kisah tanpa tahu tujuan akhirnya.

Namun karena seiring berjalannya waktu kenyamanan dan rasa itu tumbuh semakin kuat yang membuat kami akhirnya memberanikan diri untuk saling mengungkapkan dan menyadari pentingnya berakad dan menjaga akad dengan cara yang kami yakini. Dan akhirnya beberapa bulan yang lalu, akad itu terjadi. Dia menyatakan perasaannya dan saya menerimanya. 

Bagi saya, seorang yang telah dewasa itu semestinya tahu bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dan benar. Tahu kemana tujuan ia menjalin hubungan. Karena jika tak ada akad yang mengikat, maka hubungan akan mudah terombang ambing oleh adanya gangguan dan godaan. Dan itu yang tak saya inginkan. 

Jika kata teman saya, untuk apa kita membuang waktu bersama orang yang tak menginginkan kita secara lahir dan batin. Lebih baik sendiri dan menjalani kesendirian dengan apa adanya. Tak perlu berharap pada yang tak kunjung mengikat. Begitu kira-kira.

Tentu dari tulisan yang rutin setiap hari rabu ini sudah sering saya jelaskan jika hubungan saya dengan kekasih ini berbeda. Bahagia pun juga berbeda. Maka dulu karena tak ada akad yang mengikat kami, saya sering marah-marah hingga selalu ujungnya meminta berpisah. Sebaliknya sekarang ini dengan telah terjadinya sebuah akad, rasanya saya bisa menahan dan memahami bahwa hubungan dua orang dewasa itu dibutuhkan kesalingan dan pengertian satu sama lain.

Kini saya lebih bisa merasakan hadirnya dia dalam meluangkan waktu untuk saya. Barangkali baik dulu maupun sekarang sikapnya tetap sama terhadap saya. Hanya saja saya yang kurang merasakan ketulusan dan perjuangannya selama ini. Namun Tuhan telah menuntun saya atau bahkan mungkin menuntun kami pada keyakinan untuk saling berakad tadi. Terimakasih Tuhan. 

Meski akad yang telah mengikat kami belum tahu ujungnya, tetapi kami percaya akan ada sesuatu indah yang telah dipersiapkan Tuhan untuk kami. Entah dengan bersatu dalam bingkai kebahagiaan, atau berpisah dalam bingkai tanpa penyesalan. Yang pasti hingga kini saya dan kekasih merasa bahagia dan saling memberi kebahagiaan. Bahkan bukan hanya untuk kami, tetapi orang-orang disekitar juga. 

Saya percaya Tuhan mengetahui dan merancang skenario ini untuk tujuan yang baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun