Minggu kemarin saya kembali diuji kesabaran dalam hubungan asmara. Kekasih saya begitu sibuk hingga melupakan hal-hal kecil yang biasanya ia lakukan, seperti mengucapkan i love you saat mengakhiri percakapan. Dalam seminggu itu, saya diminta untuk memahami kondisinya. Bahkan bukan hanya saya, tetapi teman-teman disekeliling kami pun diminta untuk memahami kondisinya.
Dia begitu egois. Sikapnya yang demikian telah lahir sejak ia kecil. Kehidupannya masa itu begitu berat hingga terbawa sekarang saat ia telah berumur kepala tiga. Ingin dimengerti tanpa diskusi, melakukan segala macam cara (dalam koridor tidak melanggar aturan ya) asal yang diinginkan tercapai. Selalu ingin menampilkan bahwa dirinya mampu mengatasi seorang diri tanpa melihat kedalam dirinya bagaimana kondisi kesehatannya.
Ia juga senang sekali memberi janji. Dan beberapa kali pula ia pasti mengingkari dengan alasan kesibukan ini dan itu. Saya sedih ketika kamu tiba-tiba mengingkari janji untuk bermalam bersama kami. Sebelumnya saya menawarkan salah seorang teman untuk menemani perjalananmu pulang. Karena sebelumnya saya tahu bahwa punggungmu sedang dalam kondisi tak baik-baik saja. Tapi kau menolaknya tanpa memberikan penjelasan saat itu juga.Â
Dan ketika saya mendengar cerita aslinya bahkan secara langsung dari dirimu kemarin, jujur saya sedih. Tapi apalah. Saya hanya menahannya. Hingga saat kita ada waktu berdua, saya luapkan segala apa yang saya rasakan. Bahkan tidak hanya itu. Saya bercerita tentang keberanian adik dan lain sebagainya. Dan pada akhirnya kita selalu mengakhiri kesalahpahaman itu dengan bekerjasama bahagia.
Barangkali memang benar apa kata kebanyakan orang. Yang kita cintai bukan fisiknya, melainkan sifatnya. Saya telah jatuh cinta kepadamu dengan amat sederhana. Mencintai keegoisanmu, kelucuanmu, dan sikapmu yang ceplas ceplos tanpa memandang siapa lawan bicaramu. Jika hanya karena fisik dan status, mungkin saya akan pergi sejauh-jauhnya dari kehidupanmu. Tapi saya sadar bukan itu yang membuat saya jatuh cinta.Â
Mencintai adalah sebuah perjalanan untuk menciptakan bahagia dari dalam diri. Bagaimana cara kita mengatur bahagia tanpa melihat apa yang diberikan pasangan kita. Saya bersyukur dan bahagia dipertemukan dengan laki-laki yang modelannya seperti dirimu. Tetaplah sehat dan selaras sayang. Saya berusaha untuk terus disampingmu. Saya mencintai dirimu apa adanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H