Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary

Harga Diri

12 Juni 2024   21:48 Diperbarui: 12 Juni 2024   21:52 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepanjang kita menjalani kisah ini saya merasa turut serta menjaga harga dirimu. Saya harus siap menjadi siapa dan kapan saja saat kau butuhkan. Ketika sedang diantara banyak orang, saya menjadi teman dan orang asing. Sangat berbeda saat kita hanya berdua. Kita adalah sepasang kekasih yang saling dimabuk asmara.

Saya tahu dan memahami bahwa keadaan kita berbeda. Namun sebagai seorang perempuan yang sedang jatuh cinta terkadang saya ingin diakui layaknya kekasih pada umumnya. Tapi sepertinya itu terlalu berat bagimu. Saya tahu. Namun setidaknya ketika saya menginginkan sesuatu darimu tentang hal sederhana yang hanya dipahami oleh kita, luangkanlah waktu meski sebentar tanpa langsung menolak secara kasar.

Hati saya sakit ketika diperlakukan seperti itu olehmu. Kasar bukan berarti kamu menyakiti fisik saya. Namun batin saya terluka. Kau selalu meyakinkan saya bahwa kepastian hubungan kita akan ada dikehidupan nanti. Tapi saya ragu. Sebab pada kehidupan sekarang saja kau secara sadar dan berulang kali berkata ingin melepas saya dengan laki-laki lainnya. Meski yang tampak secara gamblang adalah permintaan saya kepadamu untuk mengakhiri kisah kita.

Sejak kecil saya belajar tentang kepastian data dan norma hukum dimasyarakat. Apa yang dianggap masyarakat baik, maka dijalani dan apa yang dianggap masyarakat buruk, maka hindari bahkan jika memungkinkan jauhi sejauh-jauhnya. Dan ketika dewasa ini saya malah diberikan pelajaran tentang bagaimana menyelaraskan hati dan logika. Semua itu terjadi karena kedekatan kita.

Saya percaya Tuhan pasti punya alasan mengapa kita harus bertemu lalu memadu kasih. Tetapi disisi lain saya meragukan apakah ini memang jalan dari Tuhan atau ego kita semata sebagai hambanya. Sedangkan ketika kita bersama saya selalu merasa bahagia aman dan yang utama adalah lebih menerima sesuatu dengan sederhana. Tidak neko-neko dan banyak gaya ini dan itu.

Ibu pernah memberikan nasihat kepada saya. Bahwa segala sesuatu ini pada dasarnya sederhana dan tidak rumit. Namun karena pikiran kita yang menyebabkannya, jadilah kerumitan itu tanpa kita minta sebelumnya. Nasihat ibu menjadi pengingat bagi saya ketika hal-hal yang sekiranya  fikiran saya datang menyerang.

Yah namanya manusia sayang. Kadang bisa menjadi sok bijak, kadang juga menjadi pelupa. Nasihat yang diberikan itu sesekali ingat, sesekali terlupakan. Fakta bahwa saya hadir ditengah proses perjalananmu bersamanya adalah hal yang selalu menghantui dan menggangu saya. Rasa bersalah dan sebagainya membuat saya cemas memikirkan akibat-Akibat yang akan terjadi nantinya. 

Lebih dari itu semua, saya perlu memberikan apresiasi kepadamu. Sayang terimakasih ya untuk segala usahamu mempertahankan hubungan kita ditengah ombang-ambingnya sikap dan perasaan saya. Saya harap kamu tak akan bosan memberi saya pengingat dan rambu-rambu untuk tetap waspada. Karena tak dipungkiri semakin kedepan tugas dan tanggungjawabnya akan semakin berat. Oleh karena itu saya masih dan akan selalu mencintaimu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun