Seperti yang sudah berlalu. Saat saya dengan kekasih menjalani masa LDR (Long Distance Relationship) yang lebih dari tiga hari, sudah dipastikan dia akan mengubah modenya dari singa menjadi sangat manja. Bahkan sepertinya hari-hari ini kemanjaan itu terus menerus berlanjut hingga selalu berakhir dengan kerjasama bahagia. Tak perlu menunggu LDR sampai tiga hari, setiap hari saja dia selalu meminta vitamin cinta sebagai suplemen kebahagiaannya.
Jika ditanya apakah saya merasa bosan dengan kemanjaannya tersebut, itu salah. Saya bahagia sebab dirinya terlihat begitu bahagia. Saya tak pernah mengeluh akan rutinitas baru yang sedang kami jalani ini. Ya sesekali menguji dan bertanya kepadanya apakah dia sudah jenuh atau belum. Tujuannya adalah untuk menjeda dari banyaknya vitamin cinta yang diberikan. Kiranya untuk mengantisipasi over dosis.
Semakin kesini saya belajar mencintai keadaannya. Belajar menerima status dan kedudukannya. Saya selalu saja merasa bersalah dan tak pantas menjalin hubungan dengan dirinya. Seorang laki-laki yang memiliki keistimewaan dan latar belakang berbeda dengan saya. Tapi perasaan itu selalu dia bantah dengan sebuah keyakinan bahwa dia mencintai saya. Dia bahagia menjalani kisah ini bersama saya. Bahkan untuk saat ini dia belum ingin jauh dari saya.
Sebuah dilema antara mempertahankan cinta atau persepsi warga. Saya dan dirinya semakin bertambah usia. Tentu fase kehidupan yang telah ditentukan masyarakat berharap kami juga melewatinya dengan mulus. Terbukti beberapa waktu yang lalu saya diperkenalkan dengan banyak laki-laki untuk segera melepas masa lajang. Saya tak tahu entah karena saya sudah nyaman bersama dirinya atau karena latar belakang beberapa laki-laki ini yang tak sesuai dengan kesalingan yang saya harapkan.
Saya juga tidak bisa meninggalkan dirinya yang sedang dimabuk asmara ini. Karena beberapa kali saat saya membahas kearah sana, dia pasti akan bersedih. Saya tak mau menyakiti dirinya. Biarlah nanti jika saatnya tiba bagaimana Tuhan mengatur jalan cinta saya dengannya. Apakah dia mengakhiri cinta ini atau justru Tuhan mempersatukan kita. Meski tampaknya sangat sulit. Tapi saya percaya apapun yang terjadi itulah takdir semesta.
Bahkan saya pun mengabulkan keinginannya yang meminta bekerjasama bahagia selama sepekan berturut-turut untuk mencapai kebosanan hingga akhirnya dia bisa menemukan celah untuk meninggalkan saya. Saya akan terus belajar mencintai keadaannya dan segala yang dia inginkan. Kalaupun selama sepekan dia malah semakin jatuh cinta, itu bukan atas kehendak saya.
Cintailah saya dengan caramu sayang. Patuhilah perintah ibu untuk segera melepaskan saya jika kamu merasa saya telah bertemu dengan laki-laki yang lebih daripada kamu. Dan jika dengan melepas saya membuat kamu bahagia, saya pasti akan bahagia untuk kamu. Dan cinta saya akan selalu saya jaga sampai saya menikah nantinya. Karena tak ada yang akan menggantikan kamu dihati saya. Saya mencintai kamu dengan segalanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H