Hari ini adalah hari spesial yang kedua ditahun ini untuk dirimu. Jika dua bulan yang lalu saat saya menulis rutin untukmu bertepatan dengan perayaan pesta demokrasi negara kita. Hari ini tulisan ini bertepatan dengan perayaan hari raya Idul Fitri. Momen dimana kita sebagai sesama manusia saling meminta maaf dan mengakui jika telah melakukan banyak kesalahan baik sengaja maupun tidak.Â
Kamu adalah orang pertama yang mengucapkan selamat atas datangnya Idul Fitri meski belum ada pengumuman resmi dari pemerintah. Dan saya sengaja dimomen ini, tadi malam bertanya kepadamu akankah kau ingin kembali? Saya tak tahu apa yang saat itu kamu rasakan ketika saya menanyakan hal itu lagi dan lagi. Tetapi yang saya ketahui adalah jawabanmu atas pertanyaan tersebut. Yaitu kamu hendak belajar untuk kembali.Â
Jujur ketika kamu menjawab itu, ada perasaan tak rela tapi juga harus merelakan. Tak relanya karena saya harus tertampar kenyataan bahwa kita memang tak bisa bersama. Dan harus merelakan karena semestinya itu yang saya lakukan.Â
Saya selalu berusaha mengedepankan kebahagianmu. Alasan saya menyerah juga karena ingin melihatmu bahagia dijalur yang benar. Tetapi tampaknya saya salah. Kebahagiaan itu hanya masing-masing kita yang mengetahui. Meski alasan saya adalah kebahagianmu, nyatanya saya tak begitu memahami apakah kamu bahagia atau justru malah menderita sebab perpisahan ini.Â
Justru kenyataannya kamu malah jatuh sakit. Saya tak paham mengapa hal itu bisa terjadi? Dan mengapa kita masih didekatkan? Segala pertanyaan itu saya belum tahu jawabannya. Seperti mengalami kebuntuan. Dan saya harus kembali menjalaninya. Bukan saya. Tapi kita. Kita sama-sama ingin melanjutkan kisah cinta ini lagi.Â
Saya tak tahu lagi mau bilang apa. Terimakasih banyak atas segalanya. Momen lebaran ini semoga kamu berkenan memaafkan kesalahan saya yang selalu membuat dirimu sakit. Jika dengan adanya hubungan ini membuat kamu bahagia, mari kita lakukan sayang. Semoga kamu tak pernah bosan untuk mengingatkan dan memaafkan kesalahan saya yang tiba-tiba sedang tak baik-baik saja.Â
Saya mencintaimu dengan segala kekurangan saya. Cinta ini adalah pemberian Tuhan. Jika kamu percaya bahwa nantinya cinta kita akan bersatu, saya pun akan mempercayainya. Entah bagaimana jalannya Tuhan yang menentukan. Tugas kita hanyalah berusaha untuk terus bersama dan berkesalingan. I love you kekasihku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H