Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pembuktian Cinta

31 Januari 2024   22:10 Diperbarui: 31 Januari 2024   22:12 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah hubungan memang harus diisi dengan ketersalingan. Hal itu dimaksudkan untuk membina hubungan yang harmonis dan penuh kebahagiaan. Dan saat saya telah memutuskan menjalin hubungan denganmu, saya belajar menahan dan meredam ego. Sama seperti kebanyakan hal lain, proses awal dalam mempelajari hal ini bisa dibilang sangat berat dan melelahkan. Keberbedaan prinsip dan cara pandang kita menjadi salah satu faktor utamanya. 

Saya yang ingin selalu apa saja dikomunikasikan, sedangkan kamu tidak demikian. Dan ternyata seiring berjalannya waktu saya pun mengetahui bahwa hal itu amat wajar karena dipengaruhi oleh kondisi otak laki-laki. Laki-laki akan selalu merasa menjadi hero dan ketika ia mendapati sebuah masalah, maka cukup didiamkan beberapa saat. Setelah ia menemukan solusi, maka dengan sendirinya ia pasti akan bercerita kepada pasangannya. Hal itulah yang sering saya temui selama menjalin hubungan denganmu. 

Karena diawal saya belum mengetahui ilmunya, sakit hati dan negatif thinking selalu menjadi momok yang dapat membuat perasaan saya tak nyaman. Sehingga terkadang saya melakukan hal-hal yang sebenarnya tak ingin saya lakukan. Tujuannya adalah untuk menguji apakah benar kamu mencintai saya? Bahkan tak hanya diawal saja. Hingga detik ini saat saya merasa cemburu atau kecewa akan sikapmu, saya masih saja merasa tak nyaman. Dan sudah dapat dipastikan akan selalu berakhir dengan air mata. 

Barangkali tidak semua orang memiliki anggapan bahwa cinta itu perlu pembuktian. Tetapi bagi saya cinta itu ya harus ada sebuah pembuktian. Pembuktian untuk saling berkomunikasi saat satu sama lain merasa sedang tak baik-baik saja atau pembuktian untuk mematuhi janji yang telah diucapkan, dan pembuktian yang lainnya. Dan ketika beberapa hari ini kamu terlihat melupakan rutinitas yang selalu dijalani, saya telah bisa menghadapi itu dengan tetap tersenyum. Hanya saja untuk soal cemburu, saya masih harus terus belajar. 

Meski rasa cemburu selalu saja hadir ketika kau bercerita soal cinta yang lain, tetapi cinta saya telah tertancap amat dalam hingga rasa cemburu itu berakhir dengan ya sudahlah. Lagipula saya ini bukan siapa-siapa. Hanya seorang perempuan biasa yang tengah jatuh cinta terhadapmu. Maka perlahan proses belajar saya naik pada level bagaimana mengelola rasa cemburu dengan baik dan tepat. 

Kamu tahu sayang, kemarin sebelum kamu memberi kabar untuk tak bisa menghubungi saya sudah merasakan sesuatu bahwa kamu tengah menghadapi persoalan yang cukup pelik. Setelah saya menjalankan ibadah, doa yang saya panjatkan pertama adalah meminta urusanmu dimudahkan. Selain itu saya juga meminta atas kebahagiaan serta dimudahkan perjalanan cinta kita yang amat sederhana ini. 

Pembuktian atas cinta saya terhadapmu adalah dengan senantiasa mendoakan dirimu. Dan semakin kesini entah ini hanyalah sebuah ilusi atau apa, ketika saya merasa bahagia kau dua kali lebih terlihat bahagia. Namun jika saya sedang dirundung kegalauan dan kebimbangan, justru kau malah lebih bersusah hati dan pasti segala aktivitasmu akan terganggu. Jika apa yang saya rasakan ini benar, tolong maafkanlah saya sayang. 

Kedepan apapun dan bagaimanapun yang terjadi, dengan dasar cinta ini saya akan senantiasa menemani proses perjalanan dirimu. Tentunya dengan terus belajar dari berbagai sisi. Semoga diberikan izin oleh semesta dan Tuhan sayang. Dan satu permintaan yang ingin saya sampaikan kepadamu. Jika saya sedang dalam mode galau, cemburu, capek, atau yang lainnya, peluklah saya. Jika itu tak memungkinkan, kau cukup berkata bahwa kau mencintai saya. Apa kau bisa dan sanggup sayang? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun