Kemarin ada salah paham antara saya dan kekasih. Kekasih saya mengira jika saya sedang mendiamkannya. Saya memaklumi hal tersebut. Karena memang situasi dan kondisinya membuat saya berkutit dan fokus pada laporan pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Jadi, kemarin pun sebenarnya saya telah merasa jika kekasih saya sedang menahan amarahnya kepada saya. Namun karena deadline, saya terpaksa mengabaikannya. Maafkan saya sayang.
Fokusnya saya kemarin karena memang semua serba dadakan. Berkas yang dikirimkan ke saya baru tiba hari jumat lalu. Dua hari kemudian saya diminta membantu menyelesaikan pekerjaan lain. Hari senin kebetulan saya tak berangkat karena ada saudara yang meninggal. Jadi tiga hari tersebut yang seharusnya bisa saya manfaatkan untuk sekadar mencicil, nyatanya tak bisa saya lakukan.Â
Pagi itu saya benar-benar ingin segera menuntaskan pekerjaan, agar lekas bertemu denganmu. Karena beberapa hari ini kita tahu, hanya sedikit waktu untuk kita bisa bersama. Dan ternyata pekerjaan itu baru selesai setelah waktu menunjukkan pada jam 13.00 siang. Sangat lama. Tapi bagaimana lagi. Saya telah mengusahakannya untuk selesai lebih cepat, meski tak berhasil. Dan ketika tadi malam, saya meminta maaf kepadamu atas pengabaian saya pagi itu.Â
Jujur saat saya selesai menjelaskan, saya bahagia. Karena kamu mau jujur atas apa yang kamu rasakan kemarin by. Terimakasih telah memahami kesibukan saya yang serba mendadak ini. Satu hal yang membuat saya bersyukur adalah dipertemukan dan bisa memiliki kekasih sebaik dirimu.Â
Kau bukan hanya seorang kekasih. Bagi saya kau juga seorang motivator pribadi. Selama kita dekat dan menjalin hubungan ini, kau lah yang selalu memberi saya semangat dan suntikan vitamin disaat diri ini merasa putus asa dan ingin menyerah. Bahkan saya menyimpan nasihat dan kata-kata mutiara pemberianmu dalam sebuah catatan kecil yang sewaktu-waktu saat saya merasa down, saya bisa membacanya agar kembali bersemangat.Â
Salah satu kalimat yang kau sampaikan waktu itu selalu menjadi semangat bagi saya. Kurang lebih kau berkata begini. Kita harus memberi manfaat kepada sesama. Meski hal itu membuat kita terseok-seok seorang diri. Tetapi percayalah tak ada yang sia-sia atas apa yang kita jalani.Â
By, terimakasih untuk segalanya. Maafkan saya yang malah membuat dirimu harus menahan amarah akibat kegiatan yang menyita waktu saya. Tetapi dari kejadian itu saya belajar bahwa komunikasi itu memang sangat penting dalam suatu hubungan. Agar tak menimbulkan kesalahpahaman. Kedepan saya akan belajar untuk lebih bisa mengelola waktu dan rasa. Memprioritaskan dirimu dibanding hal lainnya. Karena kamu adalah kekasih saya. Agar khawatirmu dan rasa takutmu tak membuat dirimu harus menahan amarah lagi. I love you more Hubby.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H