"Sayang, saya mau curhat. Ada hal yang ingin saya ceritakan kepadamu."
Sebuah ucapan pagi kemarin yang membuat hati saya berbunga-bunga. Hanya sebuah kalimat seperti itu kau telah membuat saya bahagia sayang. Bahkan kesedihan selama beberapa hari sebelumnya mampu saya redam dengan sekejap saja. Kalimat itu mempunyai kekuatan magic yang begitu ampuh dan karena memang jarang sekali bahkan bisa dihitung jari kau dapat mengucapkannya.
Wahai kekasih yang teramat saya sayangi, berkat mencintai dirimu saya kini bisa mengerti dan memahami apa yang saya rasakan. Jika dulu setiap rasa yang hadir selalu saya acuhkan, berbeda dengan sekarang. Semenjak kau mendekati saya dan mengajarkan bagaimana cara mengetahui dan mengelola apapun yang kita rasakan dan jangan mengalahkannya dengan logika, kini saya semakin merasa tenang menjalani hidup.
Hal itu juga diperkuat oleh tokoh publik yang menjadi inspirator saya bahwa jangan menolak apapun yang dirasakan hati. Bisikan-bisikan di kepala sebaiknya dikurangi dan lebih memantapkan diri untuk percaya pada suara hati. Karena jika lebih mengedepankan logika, maka yang ada hanyalah pertimbangan dan berbagai pertimbangan lainnya. Dan itu akan membuat langkah kita menjadi terhambat.
Pagi kemarin setelah kau bercerita panjang lebar kau bangun dari tempat dudukmu dan menghampiri saya. Saya tak menyangka kau akan menarik tubuh ini kedalam dekapanmu. Dekapan yang beberapa hari ini sangat saya rindukan. Tempat ternyaman bagi saya untuk bersandar atau sekadar menghirup aroma tubuhmu yang telah membuat saya candu.Â
Rupanya apa yang saya rasakan kau juga merasakannya. Namun selama ini saya lebih memilih diam. Saya khawatir perasaan rindu ini hanya akan bertepuk sebelah tangan. Tetapi saya salah. Kita saling merindukan satu sama lain. Benar katamu, karena tugas yang harus segera diselesaikan, waktu kebersamaan yang biasanya kita lewati berdua sedikit terkurangi. Namun meski begitu, anehnya cinta dan kasih sayang ini justru semakin menguat dihati. Entahlah.Â
Sayang, setelah urusan dan target-target tugasmu selesai saya berharap kau akan kembali menjadi dirimu yang periang, hangat, dan romantis. Karena jujur selama hampir satu bulan ini saya melihat sisi lain dari dirimu. Kau tampak gusar, penuh dengan tekanan, dan kurang istirahat. Saya tahu bahwa itu adalah resiko dari jalan yang kau pilih.Â
Maafkanlah jika kehadiran dan kekhawatiran saya justru malah membuat dirimu menjadi semakin terpuruk sayang. Saya hanya ingin selalu memastikan bahwa kamu tetap baik-baik saja. Karena tak dipungkiri perasaan kita telah saling bertaut satu sama lain. Jadi apapun yang kau rasakan, terkadang saya juga merasakannya. Maka untuk mengurangi kekhawatiran saya tersebut, saya selalu meminta kepadamu untuk menceritakan setiap hal yang kau rasakan.Â
Satu hal yang saya pelajari adalah kita tak boleh memaksa apapun pada orang lain termasuk orang-orang terdekat kita. Kau memilih untuk menghadapinya seorang diri selama ini sayang. Meski begitu, apapun pilihanmu, saya pasti akan mendukung asal itu membuat dirimu bahagia. Kebahagianmu adalah kebahagian saya. Mari sama-sama belajar memperbaiki dan memantaskan diri sayang. Agar kelak jika sudah waktunya tiba, tak akan ada yang bisa memisahkan kita. Saya mencintaimu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H