Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Proses Penempaan Diri

8 Juli 2022   15:24 Diperbarui: 2 Januari 2023   12:21 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses menuju sukses itu sangat berat dan tak pernah mudah. Banyak lika liku yang menghalangi. Tak semulus jalan tol yang senantiasa lenggang dari kendaraan. Seperti yang saat ini saya jalani. Pada mulanya saya merasa takut dan khawatir sebab jalan yang saya pilih adalah sebuah keterpaksaan.

Saat saya memilih untuk belajar menulis, bayangan ditolak editor adalah ketakutan yang setiap hari menghantui. Saya lupa jika memutuskan untuk menjadi seorang penulis, ya tugasnya hanya menulis. Tak usah memikirkan bagus jeleknya sebuah karya. Karena tak ada indikator untuk menyatakan bahwa karya ini bagus atau jelek. Yang tak bagus adalah yang tak mau berkarya. Begitu kata orang yang saya sayangi.

Awal menulis sebuah ulasan buku di salah satu media, membuat saya menciutkan nyali. Saya ragu dengan kemampuan yang saya miliki. Bayangan karya ini akan lolos, sama sekali tak terlintas. Tapi yang namanya rejeki memang tak kemana. Setelah ulasan tersebut terkirim, tak lama saya mendapat email yang menyatakan bahwa ulasan saya lolos. Tak menyangka dan tentu saya merasa bahagia.

Setelah lolosnya ulasan yang pertama, rasanya saya jadi semakin terpacu untuk menulis ulasan selanjutnya. Namun, namanya proses tentu ada pasang surut. Beberapa kali karya saya diriject oleh editor. Lemas dan saya sempat putus asa dengan menulis. Menulis kembali menjadi hal yang tak ingin saya lakukan. Takut dengan bayangan-bayangan yang saya ciptakan sendiri meski tak sepenuhnya terjadi.

Tuhan memberikan sesuatu kepada hambanya tak lebih dari kemampuan hambanya. Barangkali kita sering menganggap sesuatu yang tak menyenangkan yang dikasih Tuhan adalah sebuah cobaan. Tapi sebetulnya bukan. Suatu hal apapun adalah takdir yang harus dijalani. Konsekuensi dari apa yang dipilih. Karena setiap langkah, kita akan selalu dihadapkan pada dua atau lebih pilihan. Dan setiap pilihan menyisakan konsekuensi yang tak dapat dihindari.

Manusia memang selalu menginginkan hal yang tampak indah dalam benaknya. Itu hal yang teramat wajar. Jika kita mampu memahami dan menerima keadaan se apa adanya, lama kelamaan kita akan mampu mengenali potensi dan kemampuan diri. Orang tak tiba-tiba berada dititik atas. Lha wong bumi selalu berputar kok. Jadi kapanpun harus disadari dan dijalani dengan ikhlas baik berada diatas maupun berada di titik terendah sekalipun.

Tapi kebanyakan dari kita hanya menginginkan instan dan langsung ingin sukses. Tak mau pelan-pelan menikmati proses. Padahal jika sesuatu dikerjakan dengan hati, maka akan sampai pada hati lainnya. Menikmati proses tergantung dari bagaimana kita melihat hidup. Jika kita memandang selalu dari kacamata cinta, maka yang ada hanyalah kebahagiaan. Tuhan mudah saja mengabulkan apa yang kita inginkan. Namun Tuhan menjawabnya dengan pengajaran yang baik dimana jika ingin sesuatu maka usahakan dahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun