Biarkan takdir dan doa harapan bertarung di langit
Televisi bervolume kencang menyiarkan wanita yang sedang membaca berita kasus penyuapan wasit bola. Meja makan yang yang tak seramai minggu lalu dengan hidangan sarapan roti lapis takberselai. Suara wanita paruh baya yang sibuk membangunkan Roy yang masih tertidur pulas.
Sejak dibangku kelas 10 SMA pemuda itu berhasil menggabungkan beberapa anak anggota dewan dan keturunan keluarga tajir melintir tujuh turunan. Setiap hari mereka berkumpul guna menjalankan usaha mereka. Setiap jadwal pertandingan bola keluar, ya benar itulah tugas mereka untuk membuat sayembara judi bola. Mulai dari siswa, guru bahkan staf dinas pendidikan tak luput memasang taruhan. Tak banyak, dua dijit bagi mereka tak semahal biaya nyalon kursi dewan, uhuk.
Usaha gelap berskala daerah dipegang anak berusia 17 tahun, bocah bandel tapi pinter cari cuan. Bagaikan lingkaran setan, tawaran tertinggi mereka rancang untuk menguntungkan mereka sendiri. Tak tanggung-tanggung, panitia pelaksana liga 1 negara wakanda menjalin MOU dengan judi bola BOS ROY, begitu para penjudi menyebut.
Priiiit, wasit meniup peluit tanda babak pertama dimulai, disitulah para penjudi menghambakan kepada tuhan. Do'a dan takdir mulai berkelahi....
Bos Roy :"Bondol FC harus menang, naikan taruhanya"
Siapp booosss.....
Panitia pelaksana menerima pesan, seketika wasit dinstruksi
"Sekian laporan pagi hari ini, saya pamit undur...."
Bos Roy :"Biarkan wasit tua bangka itu menyesal telah menelantarkan aku dan mamah"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H