Ini kali kedua saya menulis mengenai wanita di negara tercinta ini. Walaupun ada banyak sekali rasanya issue-issue yang mengganjal di kepala dan hati saya. Sedih rasanya melihat pemberitaan akhir-akhir ini yang di mana anita sebagai korbannya.
Oh, tentu bukan kali ini saja berita mengenai wanita yang tertindas ada di negara ini. Bahkan mungkin dari sebelum adanya sosial media. Sekarang lebih terdengar karena sudah banyak sekali platform yang memprasarani setiap wanita untuk berbicara apa yang dia alami.
Namun begitu, tidak semua wanita berani untuk melakukannya. Banyak wanita yang hanya menangis dalam diam, tertunduk dalam malu dan bahkan nekat mengakhiri hidupnya karena merasa sudah tidak ada lagi yang bisa memayungi dirinya.
Berita terakhir yang saya dengar adalah tentang alm Novia Widyasari. Sungguh bergetar hati saya membaca dan mendengar berita tentang gadis itu. Masih sangat muda usianya untuk menanggung perihnya hidup seperti itu. Tidak terbayang bagaimana dia bisa menatap setiap mata yang memandangnya.Â
Kasus pelecehan seksual adalah penyebabnya. Sedih rasanya saya membaca banyak sekali komentar yang sangat menyudutkan korban. Di mulai dari kalimat "mungkin sama-sama mau", "makanya jangan gampangan", "itulah akibatnya pacaran" dan lain sebagainya.Â
Kalimat-kalimat tersebut tidak hanya akan dilempar untuk Novia tapi juga untuk wanita lain yang mengalami pelecehan seksual. Mereka akan terintimidasi walaupun mereka menjadi korban. Mereka akan diaggap aib bagi keluarga dan masyarakat, dan tentu saja mereka akan sangat sulit untuk mendapatkan pembelaan.
Bagaimana dengan pelaku ? Tentu saja mereka akan mendapatkan hukuman yang bahkan tidak bisa dibilang seimbang dengan trauma yang akan dirasakan korban seumur hidupnya. Dan yang lebih tidak masuk akalnya, bahkan ada pelaku yang bisa bebas. Walaupun tertangkap juga akhirnya dan dinyatakan bersalah setelah kejadiannya sudah bertahun-tahun lamanya berlalu.
Ya, karena korban kekerasan seksual sangat sulit untuk memberikan bukti bahwa mereka mengalami hal tersebut. Kemudian dibarengi dengan tidak kuatnya payung hukum sebagai pelindung mereka. Tidak sedikit saya mendengar berita, bahwa pelaku pelecehan seksual yang melapor ke pihak berawajib, hanya sampai di depan meja saja. Tidak ada kelanjutan. Sedih sekali.
Jika tidak ada tempat untuk mengadu, lantas kemana lagi para korban harus mengadu. Tidak sedikit juga keluarga yang mencemooh. Bukannya iba dan berusaha mencari keadilan, malah menganggap hal tersebut adalah aib keluarga yang harus ditutupi serapat mungkin. Lebih takut omongan dan tatapan tetangga dari pada mengupayakan keadilan bagi anggota keluarganya yang menjadi korban. Miris sekali.
Tidak heran, jika ada saja terdengar kasus korban pelecehan seksual memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Mereka merasa sangat sendiri, tidak ada wadah yang bersedia menampung rasa perih yang mereka alami. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berkeluh kesah dan berlindung, juga tidak bisa diandalkan. Demikian juga dengan lembaga yang seharusnya menaungi laporan tindak kejahatan tidak selalu tanggap dengan laporan korban.
Akan sampaikapan wanita di negara tercinta ini akan terus merasa tertindas. Akan sampai kapan wanita di negara ini merasa tidak berdaya untuk memperjuangkan keadilannya. Akan sampai kapan wanita di negara ini akan benar-benar berdaya, bukan "diberdayakan".