Mohon tunggu...
Yantul
Yantul Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa Pendidikan Agama Islam

Pecinta Diksi Manis, yang melariskan garis-garis makna yang kian merana. UMM'18 Karya: https://www.wattpad.com/story/231921991-aku-dan-sepucuk-kisahmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Konstelasi Cemas

7 Juli 2020   17:17 Diperbarui: 7 Juli 2020   17:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa arti merindu? Bila pada bualannya tak kunjung ditemui temu.

Apa arti merindu? Bila memendamnya begitu pilu

Apa arti merindu? Bila memeliharanya begitu penuh Cemas.

Apa arti merindu?

Di sebuah malam yang mulai ditelan sepi, di antara bintang-bintang yang mengerjap-ngerjap. Aku terkulai. Mataku terbelalak menatap langit-langit yang penuh taburan bintang di sudutnya. Sesekali membentuk pola yang mesra di atas sana. Aku masih memandangnya, hingga pada detik yang kesekian, ketika ingatan kembali licik mengulang semuanya, ketika dada mulai menyesak. Aku terisak.

Kau tau? Ada sebuah narasi yang begitu menyakitkan. Narasi dalam nurani yang terus berelegi merdu. Sungguh membuat ngilu setiap daksa yang merasakan. Tentangmu, tentang rinduku, dan tentang cemasku

Kukira semua konstelasi cemas berawal dari satu sebab. Rindu. Rindu yang tak pada tempatnya. Pikirkan ini! Apa baik bila kita menanam bunga di ruang yang pengap? gelap dan bahkan tak ada udara yang sudi masuk? Apa itu baik? Tidak!! Begitulah ia bersemayam. Rinduku bersemayam dalam ruang gelap dan pengap di sudut hati yang paling terbengkalai. Menunggu seseorang yang sudi menyemainya, namun tak kunjung tiba seseorang itu.

Aku paham betul, bahkan bintang malam kali ini juga paham betul. Bahwa Rindu yang salah akan terus menciptakan konstelasi cemas yang tak berkesudahan. Apapun yang kau lakukan, selama kau masih gemar menaruh rindu di tempat yang salah, selamanya kau akan cemas. cemas yang memanas di langit-langit rindumu.

Percayalah! Jangan seperti aku, memelihara rindu pada sudut sepi ruang hatiku. Pada seseorang yang tak mungkin membalas rinduku. Percayalah! itu hanya membunuh kita kapanpun. Laiknya bom waktu yang siap meledak kapanpun.

Hingga pada detik yang menitik, pada kalimat melamat. Pada imaji yang terus melukis potretnya. Aku berkaul, di dalam dimensi perenungan paling sunyi, di balik seluruh semesta yang tampak nestapa. Aku berkaul. Untuk menghenti laku bodoh yang terus membalutku. 

Lihatlah!! Bahkan bulan tertawa jijik menatapku. Begitu bodoh! Namun lihatlah aku? Malah tersenyum simpul membalasnya. Seakan aku membenarkan segala cemas ini. Tapi sudahlah!! Mungkin kelak waktu yang akan mengupasnya. Mengupas tangkai-tangkai angan perihal rindu yang mengarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun