Bagi saya belajar itu bisa dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Jadi pepatah minang yang mengatakan "alam takambang jadi guru " atau artinya alam terbentang menjadi guru bagi kehidupan, sering saya alami, rasakan dan jadikan pedoman. Kali "guru" bagi saya adalah seorang sopir taksi. Saya belajar sejumlah hal dari dia, bukan karena omongan dia yang menggurui saya. Tapi, cara dia melayani penumpang dan langganan taksilah yang membuat saya belajar dari dia.
Mau tau ceritanya ? yuk disimak dan moga tak bosan. Kemarin saya ke nyebrang ke Batam. Menemani kakak ipar yang mau belanja keperluan klinik bersalin dia dan sekaligus memenuhi undangan sebuah bank yang mengadakan penarikan undian. Biasanya kakak saya dijemput oleh saudara yang tinggal di Batam. Tapi, karena pada waktu itu hari kerja, kakak saya tak mau merepotkan sodara itu. Jadi saya tawarkan untuk naik taksi langganan saya.
Sebenarnya bukan langgan juga, hanya sesekali kalau saya ke batam. Tapi memang setiap ke batam meski hanya sesekali ( setahun kadang cuma 2 kali padahal dekat hehehe ) saya biasa menggunakan jasa bapak itu menjemput dari pelabuhan punggur menuju tempat yang saya tuju.
Sekali jalan saja biasanya dan kemudian pas saat mau kembali kembali ke pelabuhan punggur. Kakak saya setuju. Di pelabuhan punggur kami sudah ditunggu. Cuma saya saja yang kebingungan karena mobil dia sudah berganti dari dulu jenis sedan sekarang berganti ukuran lebih besar seperti mobil kijang.
Sopir yang biasa saya panggil pak itu mengantar kami ke hotel tempat acara bank dan rencana kami menginap. Sebelum masuk hotel berbintang 4 itu ia menanyakan apakah kami sudah pesan kamar via telepon. Kakak saya mengaku belum. Dia berpesan kalau pesan kamar bilang tamu dari dia dan biasanya dikasi harga khusus. Tapi, kami tetap meminta dia membantu jika nanti tak dikasi harga khusus tadi. Kami pun masuk ke dalam hotel itu dan menunggu di depan resepsionis. Sepertinya hari itu banyak acara di hotel itu, sehingga tamunya ramai. Ternyata tak ada kamar lagi yang kosong.
Pak sopir itu pun mencoba nego dengan resepsionis yang sepertinya sudah akrab dengannya. Resepsionis mencoba mencari di data komputer dan ternyata memang tak ada kamar yang kosong siang itu. Dia menanyakan kepada kami alternatif hotel yang mana yang kami inginkan. Kakak saya menginginkan hotel bintang 4 juga tempat ia bisa menginap. Tapi, bapak sopir taksi itu juga memberikan pilihan sejumlah hotel lain.
Akhirnya kami mencoba melihat hotel yang ia tawarkan, tapi akhirnya kakak saya tetap ingin ke hotel bintang 4 lain tempat ia biasa menginap. Bapak sopir taksi itu pun tanpa kami minta segera menelepon resepsionis hotel dan menanyakan kamar. Ia khawatir hotel itu juga penuh mengingat dalam beberapa hari itu Batam sedang banyak menjadi tempat kegiatan dari kantor-kantor di Jakarta.
Ternyata masih ada kamar kosong dan ia meminta harga khusus untuk kami. Akhirnya kami pun check in di hotel yang juga tak kalah ramai dengan tamu peserta sejumlah kegiatan di hotel itu. Kami mendapatkan harga khusus jauh dari biasanya. Setelah menyelesaikan proses pembayaran dan deposit, bapak itu pun membantu kami mengantarkan tas dan barang kami ke kamar di lantai 12. Padahal biasanya tas dibawakan oleh roomboy. Setelah meletakan tas kami, ia meminta izin untuk menunggu di lobby hotel. Karena memang kami hanya sebentar di kamar untuk sholat zuhur.
Ketika kami turun ke lobby ternyata itu bapak ketiduran di kursi. Kami memintanya mengantarkan ke sebuah pusat perbelanjaan untuk makan siang. Ia mengantarkan kami dan menolak ketika diajak makan siang bersama. Bahkan ia mengatakan akan menunggu kami saja di parkiran. Tapi kami menolak dan mempersilahkan ia mengantarkan penumpang lain saja, karena kami mungkin sampai sore di sana. Ketika selesai makan, cuci mata dan membeli sejumlah barang, saya pun mengontaknya untuk menjemput di mall itu.
Ternyata itu bapak sudah dari tadi menunggu di parkiran. Kami pun langsung ke hotel untuk istirahat sebentar dan bersiap-siapa ke acara bank yang dalam undangan mulai pukul 7 malam. Kami memintanya menjemput setengah jam sebelum acara itu dimulai. Ia pun mengiyakan dan seperti biasa membukakan pintu mobilnya untuk kami dan membantu membawakan barang-barang belanjaan hingga kamar. Â Satu jam istirahat dan bersiap-siap, saya pun mengontak dia untuk kembali menjemput kami dan mengantarkan ke hotel tempat acara. Ternyata itu bapak dari tadi tetap menunggu kami di lobby hotel.
Ia mengaku tanggung untuk pulang ke rumahnya dan memilih menunggu saja di lobby supaya tidak telat menjemput kami. Saya dan kakak hanya geleng-geleng kepala melihat "kesetiaan" dia. Setelah mendrop di hotel tempat acara, dia juga mengaku akan menunggu di lobby. Tapi saya dan kakak tetap mempersilahkan dia mencari penumpang lain atau kemana dulu. Soalnya acara itu tak tahu jam berapa selesainya. Pukul 11 malam kami berinisiatif kembali ke hotel mengingat kakak saya tidak enak badan dan acara masih belum selesai. Saya pun menghubungi pak sopir taksi itu.Eh ternyata dia mengaku sudah di lobby hotel dan menunggu sejak mendrop kami di sana. "Saya tidur di kursi lobby saja bu. Tanggung pulang, kalau sudah sampai di rumah  nanti ketiduran," alasannya.