Mohon tunggu...
Inadya Fidela Malva
Inadya Fidela Malva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Topik konten favorit saya adalah mengenai dunia teknologi dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KH Agus Salim, sang Diplomat Ulung dan Perumus UUD 1945

3 Oktober 2024   21:30 Diperbarui: 10 Oktober 2024   19:14 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/tirtoid/

Sukses di bidang diplomatik, membuat KH. Agus Salim berhasil meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk hubungan luar negeri Indonesia yang terus berkembang.


K.H. Agus Salim merupakan tokoh nasional kelahiran Desa Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat pada tanggal 8 Oktober 1884 dengan nama asli Mashudul Hag yang memiliki arti pembela kebenaran. 

Tokoh yang dijuluki dengan "The Grand Old Man" karena prestasinya di bidang diplomasi ini merupakan putra dari keluarga terpelajar. Ayahnya yang bernama Mohammad Salim merupakan seorang jaksa dan hakim kolonial di Tanjung Pinang, sedangkan bunya yang bernama Siti Zenah berasal dari keluarga terpandang.

Karena kedudukan sosialnya, K.H. Agus Salim memiliki kesempatan lebih untuk mengakses dunia pendidikan secara luas. Ia memiliki hak istimewa untuk bersekolah di sekolah-sekolah Belanda, seperti Europeesche Lagere School untuk menamatkan pendidikan dasarnya. 

Pada tahun 1988, Ia melanjutkan pendidikannya di Hogere Burger School yang setingkat dengan Sekolah Menengah Atas dalam kurun waktu 5 tahun dan menyandang predikat lulusan terbaik. Pada usia yang baru menginjak 19 tahun, K.H. Agus Salim mampu menguasai 7 bahasa asing, yaitu Belanda, Inggris, Turki, Perancis, Arab, Jerman, dan Jepang.  

Seusai mengenyam pendidikan di HBS, Ia mengajukan beasiswa kepada pemerintah Belanda untuk dapat melanjutkan pendidikan kedokteran. Namun, sayangnya Ia belum berhasil untuk mendapatkannya. 

Di sisi lain, R.A Kartini ingin menunda beasiswa yang didapatnya dan berniat untuk mengalihkannya ke K.H. Agus Salim, tetapi Agus Salim tidak bisa menerimanya karena itu bukan murni dari prestasinya. Sejak saat itu lah, K.H. Agus Salim mulai mengubah arah hidupnya.

Pada 1906, Belanda menawarkan kepadanya untuk menjadi penerjemah dan sekretaris di komsulat Belanda di Jeddah. Dengan adanya dorongan untuk mempelajari islam, Agus Salim pun menerima tawaran tersebut. 

Dari sini lah Agus Salim mulai mendalami ilmu agamanya. Agus Salim mengalami transformasi besar setelah kembali dari Arab Saudi pada tahun 1911 (Nuryafa’ah, Octavia, 2023). Setelah kembali dari Jeddah, K.H. Agus Salim merintis karirnya di bidang jurnalisme dengan menerbitkan karya-karyanya. Kemudian Ia bekerja di BOW yang berlokasi di Jakarta dan mendirikan Hollandsche Inlandasche School (HIS) di kampung halamannya pada tahun 1912.

K.H. Agus Salim mengawali karir politiknya dengan bergabung di Sarekat Dagang Islam (SI) yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis pada tahun 1915. Berkat keaktifan dalam menyuarakan gerakan nasionalis Indonesia, Ia pun disebut-sebut sebagai tangan kanan HOS Tjokroaminoto. Beliau sempat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) sebagai perwakilan dari Sarekat Dagang Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun