Mohon tunggu...
Inadhifa Aroesdi
Inadhifa Aroesdi Mohon Tunggu... lainnya -

writing is my passion. are you?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Aku Bisa Mati Tanpa BBM (Blackberry Messenger)!!!”

3 Oktober 2012   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:19 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dimulai dari jam 12 siang tadi sampai saat ini, terjadi kekacauan pada pengguna BBM dalam smartphone Blackberry yang di usung oleh vendor bernama Research In Motion atau biasa disingkat RIM. Perihal pending atau matinya jaringan BBM yang belum diketahui penyebab pastinya tersebut, membuat para usernya seperti kebakaran Jenggot. Terbukti saat saya sedang menjelajah dalam akun Twitter pribadi milik saya sendiri, semua pengguna BB mengupdate sebuah twit yang dalam hitungan menit saja berhasil membanjiri timeline saya dengan bunyi yang relatif hampir sama:

“BBM ERROR!”

“BBM PENDING PARAH!”

“BBM MATI, KELUARNYA TANDA SILANG DOANG!"

“BBM LEMOT!”

“ADA APA DENGAN BBM?”

“KENAPA BBM NGGAK BERFUNGSI?”

Namun ada juga yang nggak kalah mencengangkan dan membuat saya tertawa hingga terjungkal, yaitu saat membaca beberapa kicauan yang berbunyi:

“YAH AMPUUUN, BBM KENAPA SIH? SUMPAH DEH KALO KAYAK GINI AKU BISA MATI NGGAK BISA BBM-AN SAMA PACAR AKU. AKU TAKUT DIA KENAPA-KENAPA.”

“YA TUHAAAAAAAN, PENGEN NANGIS DEH BBM ERROR KAYAK GINI. JADI SUSAH MAU NGUBUNGIN DIA. BBM KENAPA ERROR BEGINI SIH? BETEEEEEEE!”

Dua contoh kicauan yang saya tuliskan diatas benar-benar membuat saya geleng-geleng kepala dan tertawa terbahak-bahak hingga terjungkal karena merasa bahwa salah dua dari sekian banyaknya pengguna BB tersebut benar-benar berlebihan dalam mengekspresikan errornya BBM.

Sepertinya gangguan jaringan BBM pada smartphone Blackberry mereka, merupakan sebuah pertanda bahwa dunia mereka juga bakal ikutan berakhir. Hellooooooooooow, ini 2012 gitu looooooooooh. Applikasi chat itu sudah menjamur dan banyak banget beredar serta bisa diunduh tanpa harus mengeluarkan biaya ekstra lagi. Cukup dengan menggunakan paket internet yang sudah didaftarkan di smartphone kita, semua link yang free langsung bisa diakses. Contohnya adalah WhatsApp. Applikasi ini ditengarai merupakan saingan berat BBM. Kemudahan dalam penggunaannya pun membuat para usernya tidak segan-segan untuk mendownload applikasi ini. Hanya dengan bertukar nomor handphone, kontak teman-teman kita akan otomatis masuk dan terdaftar dalam applikasi ini. Tentunya tanpa harus bertanya soal PIN yang harus di invite terlebih dahulu.

Benar-benar sangat tidak wajar dengan pengguna BB yang terlihat sangat bergantung pada BBM hanya untuk urusan sepele seperti yang mereka ungkapkan pada kicauannya di Twitter. Lain halnya dengan yang mungkin mempunyai bisnis Online yang selalu berhubungan lewat BBM untuk memudahkan mereka dalam usahanya. Saya pikir hal itu masih bisa sedikit dimaklumi. Mengapa hanya sedikit? Karena mereka pun sama, menggantungkan diri hanya pada BBM, sehingga mereka berpikir, tidak perlu lagi untuk memiliki nomor handphone lawan bisnisnya. Padahal, secara logika, nomor handphone itu jauh lebih penting dibandingkan dengan sebuah PIN. Bisa dibayangkan apabila seseorang sedang dalam keadaan darurat (nyasar dalam perjalanan seorang diri misalnya) dan butuh petunjuk arah dengan menghubungi teman-temannya yang tahu dengan daerah yang akan dia kunjungi, tiba-tiba saja jaringan BBM off dan ia tidak memiliki nomor handphone temannya tersebut. Kira-kira apa yang akan terjadi? Bersiaplah mengharap kebaikan hati Dora untuk meminjamkan peta.

Well, bagi para pengguna BBM yang freak (hanya yang freak saja lho ya, yang tidak merasa, abaikan) mulailah untuk melepaskan ketergantungan anda terhadap applikasi tersebut dengan tidak berlebihan dalam menggunakannya dan mengekspresikan diri anda saat BBM sedang tidak bisa digunakan. TENANGLAH, HIDUP ANDA TIDAK AKAN BERAKHIR HANYA KARENA BBM PENDING ATAU MATI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun