Gelaran Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 telah resmi ditutup pada akhir November 2020. Berbagai pameran dan konferensi tentang kebudayaan dari ribuan 4.791 seniman sukses disuguhkan selama sebulan.
PKN 2020 kali ini terpaksa saya tonton secara virtual karena adanya wabah corona yang belum kunjung usai, cukup berbeda dengan tahun lalu yang gelar di Istora Senanyan, Jakarta. Beberapa pameran digelar secara fisik di Museum Nasional yang bisa dilihat secara terbatas dengan protokol kesehatan.
Meski begitu, gelaran yang disediakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disuguhkan secara virtual tetap bisa saya nikmati. Serupa menyerap energi kreatif, saya mendapatkan beberapa insight menarik dalam parade yang disuguhkan apik.
Sebut saja pementasan "Parade Mahakarya Topeng Nusantara" yang menjadi penutup dalam acara ini akhir bulan lalu. Parade pimpinan DM Entertainment Denny Malik ini menyuguhkan tarian topeng berlatar Candi Prambanan.
Topeng, bagi saya adalah refleksi dari perangai manusia dalam mencari jati diri dan visi sebenarnya dalam hidup. Ada banyak macam tujuan dalam penggunaan topeng di kehidupan, sebagai ekspresi, menunjukkan eksistensi, menyembunyikan berbagai hal, atau bagian dari siasat dalam bertahan di kehidupan yang fana.
Topeng dalam keadaan seperti ini juga menjadi alat pelindung diri. Serupa masker yang wajib dipakai untuk terhindar dari penyebaran virus corona. Seperti yang Presiden Jokowi sebut dalam pidatonya, bahwa kita tidak boleh tunduk dan menyerah oleh kesulitan saat ini.
"Semua berkreasi, terus optimis, dan maju membangun memori masa depan yang lebih baik," katanya dalam video penutupan PKN 2020.
Semoga pandemi ini segera berakhir jadi bisa menikmati lagi gelaran Pekan Kebudayaan Nasional secara fisik. Sampai jumpa di PKN 2021!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H