Saudi Arabia telah mengumumkan inisiatif baru yang bertujuan memperjuangkan pembentukan negara Palestina yang merdeka melalui aliansi global. Inisiatif ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, pada 26 September 2024, sebagai bagian dari upaya menggalang dukungan internasional dalam menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Aliansi ini diharapkan menjadi jalan untuk menerapkan solusi dua negara, yang telah lama dianggap sebagai penyelesaian yang adil dan damai oleh banyak negara di seluruh dunia.
Pangeran Faisal menegaskan bahwa aliansi ini merupakan kolaborasi erat antara negara-negara Arab dan Eropa, termasuk Liga Arab, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dan Norwegia. Ia menekankan bahwa langkah kolektif ini sangat penting dalam menghadirkan perdamaian yang menyeluruh di Timur Tengah, terutama dengan membangun kembali hak-hak Palestina yang telah lama terabaikan.
Solusi dua negara yang diusung oleh aliansi ini mencakup pendirian negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Dalam pandangan komunitas internasional, solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung lebih dari setengah abad antara Israel dan Palestina.
Pangeran Faisal menjelaskan bahwa pertemuan pertama aliansi global ini akan diadakan di Riyadh, ibu kota Saudi Arabia. Selain itu, pertemuan lanjutan juga akan diadakan di Brussels, Belgia. Langkah ini memperlihatkan upaya serius Arab Saudi dalam bekerja sama dengan Eropa dan dunia internasional untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Timur Tengah.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencapai rencana yang dapat diandalkan dan tidak dapat diubah demi perdamaian yang adil dan komprehensif," ungkap Pangeran Faisal dalam pidatonya. Ia juga menekankan pentingnya tindakan kolektif untuk menghasilkan hasil nyata dalam menghentikan agresi Israel dan memastikan adanya gencatan senjata yang segera.
Pengumuman aliansi ini datang pada saat yang genting, di mana Israel terus melancarkan serangan brutalnya ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina, dan agresi ini masih berlanjut hingga kini. Pangeran Faisal menegaskan bahwa agresi Israel ini tidak hanya menghancurkan Jalur Gaza, tetapi juga Tepi Barat, termasuk situs-situs suci seperti Masjid Al-Aqsa.
Pangeran Faisal juga mengkritik keras tindakan Israel yang berdalih bahwa serangan tersebut dilakukan sebagai bentuk pembelaan diri atas serangan milisi Hamas. Menurutnya, hak membela diri tidak bisa dijadikan alasan untuk membunuh ribuan warga sipil, melakukan pemindahan paksa, menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, serta melibatkan kekerasan sistematis termasuk kekerasan seksual dan dehumanisasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Selama beberapa tahun terakhir, Arab Saudi secara konsisten menegaskan bahwa mereka tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina. Hal ini kembali ditegaskan oleh Pangeran Faisal dalam berbagai kesempatan, di mana ia menyatakan bahwa pendirian negara Palestina harus didasarkan pada perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Posisi Saudi ini semakin diperkuat oleh pernyataan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), yang pada pekan lalu menegaskan bahwa Kerajaan Saudi tidak akan pernah mengakui Israel tanpa adanya solusi yang jelas bagi rakyat Palestina. MBS juga mengutuk keras "kejahatan pendudukan Israel" terhadap warga Palestina, termasuk di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Meskipun aliansi global ini telah diluncurkan, tantangan besar tetap ada, terutama dari pihak Israel. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersama mayoritas parlemen Israel, secara konsisten menolak solusi dua negara. Penolakan ini memperumit upaya internasional untuk mencapai perdamaian, karena Israel tidak menunjukkan minat untuk berkomitmen pada solusi yang melibatkan pendirian negara Palestina yang merdeka.
Namun demikian, Saudi Arabia bersama dengan aliansi globalnya tetap berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak Palestina dan memastikan bahwa solusi dua negara dapat diterapkan dengan damai dan adil. Dukungan dari komunitas internasional, terutama dari negara-negara Arab dan Eropa, sangat penting dalam upaya mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan ini.