berangan-angan mendamba angin. melepas penat dari huru-hara duniawi. sekadar haha-hihi, atau bercinta dengan imajinasinya sendiri. kemudian pulang, berlomba dengan lalu-lalang kendaraan di kota yang tak pernah tidur.
seorang lelaki meringis sambil meremas perutnya yang perih, merintih, ingin diisi. berusaha tegar meski kakinya gemetaran sebab isi dalam dompet tak sampai akhir bulan. makin celaka setelah bertemu dewa kematian yang membawa kabar buruk, sampai-sampai satu gedung ambruk dalam sehari, termasuk lelaki itu tanpa terkecuali.
lelaki itu kembali duduk sambil merenung. kemarin tubuhnya melayang terbawa angin, lalu terjun tanpa aba-aba, mengoyakan sesal yang gugur perlahan. memeluk tubunya sendiri, sebab merasa sial sejak kemarin.
ditemani malam penuh bintang, ia menatap gedung-gedung tinggi terakhir kali, sambil menggenggam surat PHK yang sudah lecak ia injak-injak, sudah ia maki-maki.
kini, lelaki itu pulang, menyeret kakinya kaku. lebih berat ketimbang membawa penat perkara senin hingga ke jum'at. tanpa hari sabtu dan minggu setelahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI