Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Introvert Mengucap Minal 'Aidin: Ada Suasana Hati yang Tak Terkatakan

1 April 2025   03:46 Diperbarui: 1 April 2025   07:13 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: kompas.com/ramadhan/read/2020/05/16/030200372/masih-dilanda-covid-19-bolehkah-tidak-bersalam-salaman-saat-hari-raya?page=all)

Dalam psikologi, meminta maaf dan memaafkan---atau dalam hal ini mengucap minal 'aidin, memiliki efek yang signifikan terhadap kesejahteraan emosional. Penelitian menyebutkan bahwa orang yang mampu meminta maaf dengan tulus cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih harmonis dan tingkat stres yang lebih rendah. (Worthington & Scherer, 2004)

Lebaran adalah momentum bagi banyak orang memperbaiki hubungan. Dalam Islam, meminta maaf dan memaafkan adalah bagian dari ajaran yang dianjurkan. Kata maaf bukan sekadar ungkapan, tetapi bentuk keikhlasan dan usaha untuk memperbaiki diri. (Al-Ghazali, 2016)

Namun, tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam mengungkapkan perasaan. Ada yang bisa berbicara dengan lancar, ada pula yang butuh waktu lama untuk mengatakan satu kata saja. Kita sering kali lupa bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan ketulusan.

Setelah momen itu berlalu, saya merenung. Betapa sering kita menuntut seseorang untuk meminta maaf dengan cara yang kita inginkan. Kita berharap mereka berkata banyak, menjelaskan semuanya, tanpa menyadari bahwa bagi mereka, satu kata saja sudah merupakan usaha besar.

Saya teringat sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa individu dengan kepribadian introvert sering kali mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi secara verbal. Namun, itu tidak berarti mereka tidak memiliki perasaan yang mendalam. (Cain, 2012)

Ketika adik saya mengucapkan minal 'aidin, meski singkat, saya tahu bahwa itu adalah bentuk ketulusannya. Saya memilih untuk tidak memintanya mengucap lebih banyak, karena saya tahu bahwa dalam diamnya, ada perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Memaafkan dan meminta maaf bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga soal memahami satu sama lain. Bukan tentang seberapa panjang permohonan maaf yang diucapkan, tetapi seberapa tulus itu disampaikan.

Lebaran ini mengajarkan saya bahwa setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menunjukkan perasaan. Bagi sebagian orang, memaafkan bisa berarti berbicara panjang lebar. Bagi yang lain, cukup dengan senyuman dan satu kata sederhana.

Saat saya melihat adik saya berlalu setelah mengucap minal 'aidin, saya merasa bahwa itulah bentuk komunikasi terbaik yang bisa ia berikan. Tidak perlu banyak kata, karena dalam hatinya, ia sudah mengungkapkan segalanya.

Dan itu sudah lebih dari cukup.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun