Film horor Indonesia terus berkembang dengan berbagai tema yang menggali budaya lokal, mitos, dan kepercayaan masyarakat. Salah satu film terbaru yang menghadirkan nuansa mistis dari Lombok adalah Seher, produksi Lenteng Tedes, rumah produksi berbasis di Sambelia, Lombok Timur. Film ini mengangkat fenomena ilmu hitam yang masih diyakini masyarakat. Sejak dirilis pada 11 Maret 2025, film ini telah ditonton lebih dari 2 juta kali, menunjukkan antusiasme tinggi dari para penonton yang tertarik dengan kisah horor bernuansa budaya lokal.
Seher menjadi perbincangan karena mengemas kepercayaan lokal dalam kisah cinta dan ketegangan khas horor. Kisahnya berpusat pada Burhan, seorang pria yang jatuh cinta pada Salbiah dan berniat melamarnya. Namun, ibu Salbiah menolak lamarannya tanpa alasan jelas, membuat Burhan terjebak dalam situasi penuh ketidakpastian.
Burhan tidak ingin menyerah begitu saja. Ia mencoba berbagai cara untuk mendapatkan restu, tetapi setiap usaha menemui jalan buntu. Ketika semua harapan tampak pupus, ia tergoda mencari bantuan dari pihak lain. Pilihan tersebut membawanya pada perjalanan yang gelap dan penuh teror, menghancurkan kehidupannya.
Keputusasaan mendorong Burhan mendatangi beberapa dukun dengan harapan mendapatkan solusi. Namun, keputusan itu justru menjerumuskannya ke dalam dunia mistis yang berbahaya. Tanpa disadari, Burhan mulai kehilangan kendali atas hidupnya, sementara kekuatan gaib perlahan-lahan menguasai dirinya, membuat segalanya semakin tak terkendali.
Dalam budaya Lombok, istilah seher merujuk pada praktik ilmu hitam yang digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk mendapatkan cinta, membalas dendam, atau mengendalikan orang lain. Kepercayaan terhadap ilmu hitam masih cukup kuat di beberapa daerah, meskipun banyak yang menolaknya karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama.
Film ini menampilkan bagaimana ilmu hitam masih menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Ada yang percaya bahwa dengan kekuatan gaib, mereka dapat mengubah nasib. Namun, keputusan menggunakan ilmu hitam sering kali membawa konsekuensi tak terduga, menciptakan konflik yang justru lebih rumit daripada permasalahan awal.
Sebagai film horor, Seher berhasil membangun ketegangan sejak awal. Atmosfer mencekam terasa kuat berkat sinematografi yang menangkap keindahan sekaligus kengerian alam Lombok. Beberapa adegan ritual ilmu hitam digambarkan dengan detail yang membuat penonton merinding, menambah kesan mistis dan realisme dalam penceritaan.
Tata cahaya redup dan efek suara menyeramkan semakin memperkuat suasana horor. Pemilihan lokasi yang mendukung menjadikan film ini terasa lebih autentik. Dengan pendekatan sinematik yang cermat, Seher tidak hanya mengandalkan jumpscare, tetapi membangun ketegangan perlahan, membuat penonton terhanyut dalam kengerian yang berkembang.
Namun, Seher bukan sekadar film horor yang mengandalkan efek kejutan. Film ini memiliki narasi kuat dan pesan moral mendalam. Burhan merepresentasikan manusia yang sering terburu-buru mengambil keputusan dalam menghadapi kesulitan. Keinginannya mendapatkan cinta dengan segala cara menggambarkan godaan yang bisa menjebak seseorang.
Film ini juga menggambarkan bagaimana ilmu hitam tidak hanya berdampak pada pengguna, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Burhan yang awalnya hanya ingin mendapatkan restu justru mendapati dirinya berada dalam pusaran peristiwa yang tidak terkendali, mengubah nasib Salbiah dan orang-orang terdekatnya secara drastis.