Siang itu, saya berada di sebuah desa di Lombok Tengah. Suasana desa yang masih segar dengan hembusan angin dan hijau sawah-sawah yang membentang di kiri dan kanan jalan membuat perjalanan terasa lebih hidup. Namun, di tengah perjalanan yang baru saja dimulai dari kantor desa, tetiba hujan turun dengan lebat.
Seiring derasnya hujan, saya dan teman seperjalanan memutuskan berteduh. Kami berhenti di sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Rumah tersebut tampak sederhana, dengan dinding gedek dan atap seng, dihuni seorang nenek dan cucu lelakinya yang berusia sekitar sepuluh tahun.
Nenek ini, seperti banyak perempuan tua lainnya di desa, menghadapi hidup dengan beban berat. Ia tinggal di rumah itu setelah menggadai satu-satunya harta yang dimilikinya—rumah peninggalan suaminya—untuk biaya anak perempuannya ke luar negeri sebagai buruh migran di Malaysia.
Kini, anak perempuannya bekerja jauh di negeri orang, sementara cucunya yang masih kecil harus menghadapi kenyataan pahit ditinggal ayahnya yang meninggal dunia.
Meski berada dalam kondisi serba kekurangan, nenek ini tetap berusaha bertahan hidup, dan walau dengan sederhana, ia menyuguhkan kami makan siang yang sederhana pula.
Makanan yang kami santap siang itu terdiri dari kacang panjang yang direbus, tempe goreng, dan sambal tomat. Makanan yang disuguhkan jelas bukanlah hidangan mewah, bahkan sangat sederhana dan apa adanya.
Sebuah pemandangan yang kontras dengan gaya hidup modern yang mengenal konsep diet dengan pelbagai standar kesehatan dan nutrisi.
Diet Mediterania, misalnya, yang tengah digemari banyak orang, dengan menu berbahan dasar ikan, minyak zaitun, sayuran, dan biji-bijian, tampaknya begitu jauh dari kehidupan orang miskin di desa.
Orang-orang desa, seperti nenek dan cucu yang saya temui ini, hidup dengan cara yang jauh dari standar diet sehat yang banyak dibicarakan di kalangan kelas menengah dan atas.
Bagi mereka, makan adalah soal bertahan hidup. Mereka tidak mengenal istilah-istilah seperti “diet sehat”, “Diet Mediterania”, atau “low-carb”. Mereka makan apa yang mereka bisa dapatkan.