Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Cidomo: Melestarikan Tradisi di Tengah Dinamika Transportasi Modern

20 Januari 2025   15:55 Diperbarui: 20 Januari 2025   20:18 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cidomo, kendaraan tradisional yang unik di Lombok (TRIBUNLOMBOK.COM/JIMMY SUCIPTO)

Sektor pariwisata Lombok yang menyumbang sekitar 20% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) NTB, seperti tercatat oleh BAPPEDA NTB (2023), mengandalkan keunikan lokal seperti cidomo untuk menciptakan pengalaman otentik bagi wisatawan.

Sebagai kendaraan tradisional yang ramah lingkungan, cidomo mendukung konsep pariwisata berkelanjutan, seperti dicatat dalam studi Agus Pramono (2008). Cidomo tidak hanya mempromosikan identitas lokal tetapi juga menjaga keseimbangan ekologis di destinasi wisata.

Bagi masyarakat desa, cidomo tetap menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Aksesibilitas di wilayah pedesaan sering kali masih menjadi tantangan, terutama di daerah dengan infrastruktur yang terbatas. Jalanan yang sempit, berlumpur, atau belum beraspal sulit dilalui kendaraan bermotor.

Dalam kondisi ini, cidomo menjadi solusi transportasi yang andal. Selain itu, cidomo juga membantu mengurangi ketergantungan masyarakat pada kendaraan bermotor, yang lebih mahal dan berdampak lebih besar terhadap lingkungan.

Tidak hanya itu, cidomo memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal. Kusir cidomo, yang umumnya adalah warga desa, menggantungkan hidup mereka dari penghasilan yang diperoleh melalui transportasi ini.

Keberadaan cidomo juga menciptakan efek ekonomi berganda. Dari kebutuhan akan pembuatan dan perawatan kendaraan hingga penyediaan pakan untuk kuda, cidomo memberikan peluang usaha yang berkelanjutan bagi masyarakat desa.

Namun, untuk mempertahankan eksistensinya, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak. Salah satu cara adalah dengan menjadikan cidomo bagian dari program transportasi desa. Pemerintah daerah dapat mengalokasikan rute khusus untuk cidomo di kawasan yang masih membutuhkannya.

Selain itu, branding cidomo sebagai kendaraan tradisional yang unik dapat meningkatkan daya tariknya bagi wisatawan domestik maupun internasional. Desain cidomo yang lebih modern dan nyaman juga dapat membantu meningkatkan daya saingnya.

Pelestarian cidomo tidak hanya bergantung pada inovasi, tetapi juga pada dukungan konkret dari pemerintah. Subsidi untuk perawatan kuda, pengadaan roda cidomo yang berkualitas, atau pengurangan biaya izin operasional adalah beberapa langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar.

Regulasi yang mendukung keberlanjutan cidomo diperlukan juga, seperti insentif bagi masyarakat yang tetap menggunakan alat transportasi ini, dapat memperpanjang masa hidup cidomo di tengah persaingan dengan kendaraan bermotor.

Tradisi, pada dasarnya, adalah upaya manusia untuk menjaga jejak masa lalu agar tetap relevan di masa kini. Dalam konteks ini, cidomo adalah lebih dari sekadar alat transportasi; ia adalah simbol identitas budaya Lombok yang hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi. Dengan pendekatan yang tepat, cidomo dapat menjadi contoh bagaimana kearifan lokal dapat beradaptasi tanpa kehilangan esensi tradisionalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun