Bulan Ramadhan dan libur sekolah memang masih beberapa bulan lagi, tetapi persiapan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk menyambut dua momen ini tidak bisa dianggap remeh. Seperti kata pepatah dari Bima, “tiba masa tiba akal,” yang bermakna melakukan sesuatu secara tergesa-gesa tanpa perencanaan matang kerap membawa hasil kurang optimal.
Karenanya, Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi sejak awal guna memastikan program ini memberikan dampak nyata, terutama bagi kelompok rentan, sehingga upaya bersama dapat menciptakan manfaat berkelanjutan yang menjawab kebutuhan mereka secara efektif dan inklusif.
Program MBG, diluncurkan 6 Januari 2025 dengan anggaran Rp71 triliun, menyasar balita, anak sekolah, ibu hamil, dan menyusui di 190 lokasi di 26 provinsi. Hingga Maret, ditargetkan menjangkau tiga juta penerima, meningkat menjadi 15 juta pada akhir tahun (Kompas.com, 05/01/2025).
Momentum Ramadhan, yang tahun ini jatuh pada bulan Maret, memberikan peluang memperluas jangkauan program ini. Selama libur sekolah di bulan suci (walaupun masih dalam kajian pemerintah), masyarakat desa dapat diajak membentuk komunitas makan bergizi bersama anak-anak. Tradisi Ramadhan yang sarat dengan semangat berbagi bisa menjadi landasan kuat mendukung keberlanjutan program ini.
Dalam pelaksanaannya, program MBG di desa-desa disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat setempat. Sebagai contoh, menu berbuka puasa yang sehat dan bergizi disediakan khusus untuk anak-anak dan kelompok rentan lainnya.
Partisipasi orang tua dan komunitas dalam menyediakan serta mendistribusikan makanan meningkatkan rasa memiliki terhadap program ini. Selain itu, edukasi tentang pentingnya gizi seimbang selama berpuasa juga bisa disisipkan dalam berbagai kegiatan masyarakat.
Keterlibatan masyarakat lokal memperkuat program sosial dan perekonomian desa. Melibatkan UMKM, koperasi, dan BUMDes dalam rantai pasok makanan bergizi menggerakkan ekonomi. Arifin (2022) menyebut pemberdayaan ekonomi lokal meningkatkan daya tahan desa terhadap tekanan eksternal.
Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap mitra penyedia makanan telah melalui proses verifikasi yang ketat. Kualitas dan keamanan makanan menjadi prioritas utama dalam menjaga kepercayaan masyarakat. Sistem pendaftaran satu pintu yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN) menjadi langkah strategis guna memastikan bahwa hanya penyedia makanan yang memenuhi standar tinggi yang terlibat.
Keberhasilan program MBG selama Ramadhan juga bergantung pada komunikasi yang efektif antara pemerintah, masyarakat, dan mitra lokal. Sosialisasi yang menyeluruh tentang tujuan, mekanisme, dan manfaat program ini harus dilakukan secara intensif. Dengan pendekatan yang tepat, masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga aktor utama yang mendorong keberlanjutan program.
Selain itu, libur sekolah selama Ramadhan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan berbasis komunitas yang melibatkan anak-anak. Misalnya, memasak bersama atau belajar tentang pola makan sehat melalui permainan edukatif. Pendekatan ini tidak hanya memberikan manfaat gizi, tetapi juga mempererat ikatan sosial di tengah masyarakat.