Lonjakan minat terhadap Human Metapneumovirus (HMPV) di Indonesia akhir-akhir ini mencerminkan meningkatnya kesadaran akan bahaya penyakit infeksi saluran pernapasan. Data Google Trends menunjukkan wilayah urban, seperti Jakarta, mendominasi pencarian terkait HMPV. Namun, bagaimana dengan desa?
Desa adalah jantung kehidupan Indonesia. Dengan 75.259 desa di seluruh negeri, peran desa dalam mencegah dan menangani penyakit seperti HMPV tidak bisa diremehkan. Apalagi, desa memiliki potensi besar menjadi benteng pertama dalam sistem kesehatan masyarakat.
Namun, realitas di lapangan sering kali tidak seideal itu. Banyak desa masih bergulat dengan keterbatasan fasilitas kesehatan. Puskesmas, Posyandu, atau klinik desa sering kali minim tenaga ahli, alat kesehatan, hingga obat-obatan dasar. Tantangan ini semakin besar di daerah terpencil.
Sebagai contoh, daerah seperti Maluku Utara dan Aceh, dengan skor rendah dalam minat terhadap HMPV menurut Google Trends, sering kali mengalami kesenjangan informasi kesehatan. Masalah ini diperparah dengan kurangnya akses terhadap sumber daya medis yang memadai.
Krisis kesehatan seperti wabah HMPV membutuhkan pendekatan yang lebih proaktif. Pendamping desa, yang selama ini berperan dalam pemberdayaan masyarakat, dapat mengambil peran kunci dalam isu kesehatan. Mereka memiliki kapasitas memfasilitasi edukasi masyarakat tentang pola hidup sehat.
Selain itu, pendamping desa dapat membantu mengarahkan Dana Desa untuk program kesehatan. Misalnya melalui dana desa nonearmark untuk pengadaan alat deteksi dini, pelatihan kader kesehatan, hingga kampanye pencegahan penyakit menjadi investasi yang sangat penting.
Dana Desa nonearmark merupakan anggaran fleksibel untuk desa, digunakan sesuai kebutuhan lokal, mendukung program strategis seperti pengembangan ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. (DJBP Kemenkeu, 01/07/2024).
Dalam buku Community Health and Disease Prevention (Thomas, 2015), disebutkan bahwa pendekatan berbasis komunitas adalah salah satu cara paling efektif dalam mencegah penyebaran penyakit menular. Desa, sebagai unit sosial terkecil, memiliki peluang besar menerapkan strategi ini.
Edukasi menjadi elemen kunci dalam mencegah wabah. Dengan peran aktif pendamping desa, masyarakat dapat diedukasi tentang gejala, pencegahan, dan pentingnya penanganan dini HMPV. Penyebaran informasi ini akan jauh lebih efektif jika disampaikan melalui pendekatan lokal.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah penguatan Posyandu. Posyandu tidak hanya menjadi tempat layanan ibu dan anak, tetapi juga pusat informasi kesehatan. Dengan revitalisasi Posyandu, desa bisa menjadi lebih siap menghadapi ancaman penyakit seperti HMPV.